Numeron - Void
Deathwish Records CD 2021
https://www.facebook.com/NumeronMusic
https://instagram.com/_numeron
https://numeron.bandcamp.com
https://www.youtube.com/channel/UCUHEjbV4ePaJsUWK7ncc_pQ
01. Sing For The Beginning 02:37
02. Rise From Misery 03:55
03. I See A Sad Goodbye 04:24
04. My Eternity 04:35
05. The Void 05:46
06. A Dream Lies 07:01
07. Bring The Light 04:32
08. Paradox 04:21
Lutfi - Vocal
Galih - Guitar
Onny - Guitar
Fatkur - Bass
Agatha - Drums
Blackgaze : Istilah seperti buzzing untuk new School Black Metal yang coba menggabungkan blastbeat, dungeon wailing dan razorwire riff lebih atraktif dengan beberapa sentuhan melodi post-rock, shoegaze, hingga post-hardcore, lebih populer-nya kita sebut aja Blackgaze! mengkombinasikan instrumentasi aneh yang keras dari black metal dengan soundscapes shoegaze yang lebih lembut dan menawan. pengaruh kuat atmospheric BM bands kayak Ulver dan Summoning, kemudian Istilah Blackgaze sendiri mulai dipopulerkan oleh frontman Perancis Shoegaze, Stéphane Paut aka " Neige "-nya Alcest. coba lebih menggabungkan swirling vocals dan berulang kali dengan layer gitar distortif kerap menciptakan overwhelmingly loud di mana tidak ada instrumen yang dapat dibedakan dari instrumen lainnya tampil secara keras, dengan droning riffs, dan distorsi. karena w sekarang ga lagi membahas genre, coz bakal alamat panjang en bisa jadi perdebatan kusir kalo diliat dari kaca mata individu, langsung aja yah w kenalin band yang memadukan Atmospheric Black Metal dengan sentuhan kental Blackgaze asli Tulungagung, Jawa Timur, NUMERON pimpinan om Agatha Tito Yohansah yang juga mengelola Murder Ink Art. meski terhitung newcomer, tapi eksistinsinya cukup menjanjikan dan diperhitungkan sejak nama mereka dikenal di pasar Malasya, Singapura dan Eropa pasca memperkenalkan Album full pertamanya " Void yang mulai diperkenalkan dengan 2 single sebelumnya. The most piercing peaks of longing and despair from the aforementioned materialized.
Diawali dengan suguhan intro menawan clean guitar multidimensi yang merajut masuk dan keluar dari melodi lembut yang menyentuh hati dan riff shoegaze yang begitu menembus relung kalbu dikeheningan indahnya malam. intricate ways make this a huge grower that requires repeat listens. kemudian bersiap gempuran distorsi ala Atmospheric Black Metal di " Rise From Misery " tentu sudah engga asing bagi fans Atmospheric BM/Shoegaze Numeron sejak awal kemunculannya. tidak seperti style Atmospheric BM, rajutan riffing-nya lebih multidimensi mengerahkan harmoni sederhana yang terdengar gelap, dingin dan sedih namun coba membahagiakan saat kepedihan melilit seperti api. continue to combine the prettiness and vastness of their post-y peers with a riffiness and driving sense of melody that’s more reminiscent, sayatannya lebih mengingatkan dengan perpaduan gaya Insomnium atau Deafheaven lalu mempertahankan sentuhan khas yang membangkitkan ingatan dengan taste trademark Agalloch klasik era " Pale Folklore ", dengan ketukan drum tajam, lead yang memekik, dan line riff gitar cepat yang menebarkan banyak sekali harmoni multidimensi, yups guitars that are the real highlight, and in addition to delivering a rich soundscape and plenty of enjoyable riffs, he also crafts a few off-kilter moments to keep things interesting. tidak terlalu berapi-api meledakkan setiap tuning, Numeron tampil makin menawan di " I See A Sad Goodbye ", menjiwai setiap instituisi dari tempo lambat, sedang hingga meledak cepat. meski ketukan tempo drum pada posisi laju cepat, duet gitaris Galih dan Onny masih santai banget menebarkan distorsi harmonic yang digeber secara sonic. The most memorable moments are these fusions of the beautiful and the punishing, creating a sound uniquely desperate while also tastefully balanced. raungan keras vocalis Lutfi menurut w mencoba menjiwai setiap pattern dengan penanaman sad harmony lumayan powerfully meski jeritannya kurang terasa insane lagi. dasar genre ini adalah susunan komposisi yang sukar ditebak emosi-nya, seperti " My Eternity ", saat mood mereka kembali Cooling down, entah mengapa tiba-tiba ledakan distorsi seperti hadir sejenak namun menggema keras. deliver a pristine, riffy, dynamic, and hyper-melodic collision of post-rock and black metal that places genuine musical substance and quality songwriting over sappy atmospherics and pretentious concepts. beberapa tune-nya memorable meski hanya dimainkan 2-3 bar, namun cukup ngasih atmosfir mencekam dan kemudian lagi lagi cepat meledak kembali, dualistik, dengan masing-masing mencerminkan yang lain dalam tema yang sering diulang dan Pola sederhana yang lebih menarik terungkap dalam beberapa harmoni di bawah ketukan energik yang memikat, dan riff lebih dibentuk ke dalam setiap lagu daripada dibuat sebagai elemen penahan beban semata, dan Numeron terus menyatukan seluruh lagu sebagai melodi dan sebuah panorama, namun menuangkan lagu-nya secara cukup presisi. seperti juga pada track " The Void ", rotasi harmoni yang keluar masuk dari verse-chorus memantul dan memberikan pencerahan sederhana, sesekali dalam tune dasar melodi, tetapi sebagian besar aransemen-nya seperti bergulir lima akord untuk gerakan semiotik. crunching guitars, emotional vocals, and a real sense of weight and momentum, mirroring Numeron at it's heaviest beast. menyederhanakan hampir setiap melodi demi menciptakan sentuhan yang terdengar lebih sederhana dan easy listening mengikuti setiap alur kegelisahan lagu. " A Dream Lies ", menjadi track dengan durasi yang makin jauh mengantarkan kita dalam multidimensi Numeron, it’s very melodic guitars on the top layer and frantic drums underneath. I guess the bass is in the middle, but it’s not prominent enough to have a big impact on the sound to gets a lot more dramatic, sad, and emotional. makin tenggelam kita tanpa terasa udah pada menit ke 30, " Bring The Light ", materi hampir keseluruhan Numeron lebih banyak menggunakan sentuhan post-rock dan shoegaze desperately yang secara astronomis memang terdengar indah dan emosional jelas menunjukkan hal ini, dengan gitar yang membumbung tinggi yang mengesampingkan segalanya dan membawa sounding yang sangat hangat ke setiap bar lagu. Hangat? Bukankah black metal seharusnya dingin? Dalam kasus Numeron tentu tidak berlaku ungkapan demikian, coz Ini memang bukan black metal dengan nada yang sama seperti Darkthrone atau Emperor. soaring guitar segment is the soaring riff into the song for some reason, this riff sounds quite familiar to me. dan " Paradox " telah melengkapi hampir 38 menit kita dirundung dalam kegelapan Multidimensional ala Numeron. Emotion is a key ingredient to this album, as it is with most black metal. You can literally feel the emotion radiate through the instruments. If this could be compared to any other band, it would probably be Alcest, but only in terms of emotional energy. Vocally speaking, it's quite different.
So, this album is not perfect. It has its flaws, but they're not game breaking flaws and this seems to be a standard thing for the more atmospheric bands. Numeron telah menciptakan perpaduan kompeten dari varietas post rock yang jauh lebih lembut dengan black metal terasa seperti melepuh dan bahkan sentuhan Atmospheric makin terasa membuat pekat dalam simbiosis sempurna dengan setiap sound individu. kemasan yang menarik dari komposisi dan produksi sound menjadi poin tersendiri buat kalian yang menyukai warna bermain Insomnium, Deafheaven, Harakiry For The Sky, Together to The Stars atau mungkin Alcest, rasanya scene kita bakalan lebih variatif lagi dengan sajian perspektif dari berbagai genre berakar pada distorsi. The compositions are nonlinear, containing little in the way of a verse or chorus. However, the music develops slowly, allowing each passage to come to full fruition. For the most part the transitions occur with ease, like subtle shifts within a train of thought. However, on a few occasions the transition from purely post rock passages to post black metal passages feels forced.
Deathwish Records CD 2021
https://www.facebook.com/NumeronMusic
https://instagram.com/_numeron
https://numeron.bandcamp.com
https://www.youtube.com/channel/UCUHEjbV4ePaJsUWK7ncc_pQ
01. Sing For The Beginning 02:37
02. Rise From Misery 03:55
03. I See A Sad Goodbye 04:24
04. My Eternity 04:35
05. The Void 05:46
06. A Dream Lies 07:01
07. Bring The Light 04:32
08. Paradox 04:21
Lutfi - Vocal
Galih - Guitar
Onny - Guitar
Fatkur - Bass
Agatha - Drums
Blackgaze : Istilah seperti buzzing untuk new School Black Metal yang coba menggabungkan blastbeat, dungeon wailing dan razorwire riff lebih atraktif dengan beberapa sentuhan melodi post-rock, shoegaze, hingga post-hardcore, lebih populer-nya kita sebut aja Blackgaze! mengkombinasikan instrumentasi aneh yang keras dari black metal dengan soundscapes shoegaze yang lebih lembut dan menawan. pengaruh kuat atmospheric BM bands kayak Ulver dan Summoning, kemudian Istilah Blackgaze sendiri mulai dipopulerkan oleh frontman Perancis Shoegaze, Stéphane Paut aka " Neige "-nya Alcest. coba lebih menggabungkan swirling vocals dan berulang kali dengan layer gitar distortif kerap menciptakan overwhelmingly loud di mana tidak ada instrumen yang dapat dibedakan dari instrumen lainnya tampil secara keras, dengan droning riffs, dan distorsi. karena w sekarang ga lagi membahas genre, coz bakal alamat panjang en bisa jadi perdebatan kusir kalo diliat dari kaca mata individu, langsung aja yah w kenalin band yang memadukan Atmospheric Black Metal dengan sentuhan kental Blackgaze asli Tulungagung, Jawa Timur, NUMERON pimpinan om Agatha Tito Yohansah yang juga mengelola Murder Ink Art. meski terhitung newcomer, tapi eksistinsinya cukup menjanjikan dan diperhitungkan sejak nama mereka dikenal di pasar Malasya, Singapura dan Eropa pasca memperkenalkan Album full pertamanya " Void yang mulai diperkenalkan dengan 2 single sebelumnya. The most piercing peaks of longing and despair from the aforementioned materialized.
Diawali dengan suguhan intro menawan clean guitar multidimensi yang merajut masuk dan keluar dari melodi lembut yang menyentuh hati dan riff shoegaze yang begitu menembus relung kalbu dikeheningan indahnya malam. intricate ways make this a huge grower that requires repeat listens. kemudian bersiap gempuran distorsi ala Atmospheric Black Metal di " Rise From Misery " tentu sudah engga asing bagi fans Atmospheric BM/Shoegaze Numeron sejak awal kemunculannya. tidak seperti style Atmospheric BM, rajutan riffing-nya lebih multidimensi mengerahkan harmoni sederhana yang terdengar gelap, dingin dan sedih namun coba membahagiakan saat kepedihan melilit seperti api. continue to combine the prettiness and vastness of their post-y peers with a riffiness and driving sense of melody that’s more reminiscent, sayatannya lebih mengingatkan dengan perpaduan gaya Insomnium atau Deafheaven lalu mempertahankan sentuhan khas yang membangkitkan ingatan dengan taste trademark Agalloch klasik era " Pale Folklore ", dengan ketukan drum tajam, lead yang memekik, dan line riff gitar cepat yang menebarkan banyak sekali harmoni multidimensi, yups guitars that are the real highlight, and in addition to delivering a rich soundscape and plenty of enjoyable riffs, he also crafts a few off-kilter moments to keep things interesting. tidak terlalu berapi-api meledakkan setiap tuning, Numeron tampil makin menawan di " I See A Sad Goodbye ", menjiwai setiap instituisi dari tempo lambat, sedang hingga meledak cepat. meski ketukan tempo drum pada posisi laju cepat, duet gitaris Galih dan Onny masih santai banget menebarkan distorsi harmonic yang digeber secara sonic. The most memorable moments are these fusions of the beautiful and the punishing, creating a sound uniquely desperate while also tastefully balanced. raungan keras vocalis Lutfi menurut w mencoba menjiwai setiap pattern dengan penanaman sad harmony lumayan powerfully meski jeritannya kurang terasa insane lagi. dasar genre ini adalah susunan komposisi yang sukar ditebak emosi-nya, seperti " My Eternity ", saat mood mereka kembali Cooling down, entah mengapa tiba-tiba ledakan distorsi seperti hadir sejenak namun menggema keras. deliver a pristine, riffy, dynamic, and hyper-melodic collision of post-rock and black metal that places genuine musical substance and quality songwriting over sappy atmospherics and pretentious concepts. beberapa tune-nya memorable meski hanya dimainkan 2-3 bar, namun cukup ngasih atmosfir mencekam dan kemudian lagi lagi cepat meledak kembali, dualistik, dengan masing-masing mencerminkan yang lain dalam tema yang sering diulang dan Pola sederhana yang lebih menarik terungkap dalam beberapa harmoni di bawah ketukan energik yang memikat, dan riff lebih dibentuk ke dalam setiap lagu daripada dibuat sebagai elemen penahan beban semata, dan Numeron terus menyatukan seluruh lagu sebagai melodi dan sebuah panorama, namun menuangkan lagu-nya secara cukup presisi. seperti juga pada track " The Void ", rotasi harmoni yang keluar masuk dari verse-chorus memantul dan memberikan pencerahan sederhana, sesekali dalam tune dasar melodi, tetapi sebagian besar aransemen-nya seperti bergulir lima akord untuk gerakan semiotik. crunching guitars, emotional vocals, and a real sense of weight and momentum, mirroring Numeron at it's heaviest beast. menyederhanakan hampir setiap melodi demi menciptakan sentuhan yang terdengar lebih sederhana dan easy listening mengikuti setiap alur kegelisahan lagu. " A Dream Lies ", menjadi track dengan durasi yang makin jauh mengantarkan kita dalam multidimensi Numeron, it’s very melodic guitars on the top layer and frantic drums underneath. I guess the bass is in the middle, but it’s not prominent enough to have a big impact on the sound to gets a lot more dramatic, sad, and emotional. makin tenggelam kita tanpa terasa udah pada menit ke 30, " Bring The Light ", materi hampir keseluruhan Numeron lebih banyak menggunakan sentuhan post-rock dan shoegaze desperately yang secara astronomis memang terdengar indah dan emosional jelas menunjukkan hal ini, dengan gitar yang membumbung tinggi yang mengesampingkan segalanya dan membawa sounding yang sangat hangat ke setiap bar lagu. Hangat? Bukankah black metal seharusnya dingin? Dalam kasus Numeron tentu tidak berlaku ungkapan demikian, coz Ini memang bukan black metal dengan nada yang sama seperti Darkthrone atau Emperor. soaring guitar segment is the soaring riff into the song for some reason, this riff sounds quite familiar to me. dan " Paradox " telah melengkapi hampir 38 menit kita dirundung dalam kegelapan Multidimensional ala Numeron. Emotion is a key ingredient to this album, as it is with most black metal. You can literally feel the emotion radiate through the instruments. If this could be compared to any other band, it would probably be Alcest, but only in terms of emotional energy. Vocally speaking, it's quite different.
So, this album is not perfect. It has its flaws, but they're not game breaking flaws and this seems to be a standard thing for the more atmospheric bands. Numeron telah menciptakan perpaduan kompeten dari varietas post rock yang jauh lebih lembut dengan black metal terasa seperti melepuh dan bahkan sentuhan Atmospheric makin terasa membuat pekat dalam simbiosis sempurna dengan setiap sound individu. kemasan yang menarik dari komposisi dan produksi sound menjadi poin tersendiri buat kalian yang menyukai warna bermain Insomnium, Deafheaven, Harakiry For The Sky, Together to The Stars atau mungkin Alcest, rasanya scene kita bakalan lebih variatif lagi dengan sajian perspektif dari berbagai genre berakar pada distorsi. The compositions are nonlinear, containing little in the way of a verse or chorus. However, the music develops slowly, allowing each passage to come to full fruition. For the most part the transitions occur with ease, like subtle shifts within a train of thought. However, on a few occasions the transition from purely post rock passages to post black metal passages feels forced.




0 Comments:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar TERBAIK kalian disini, enjoy the sickness !