Predator - End is Misery CD 2018
































Predator - End is Misery
Madness Records CD 2018

01 Faced Aggressions 03:47    
02 Dead Centuries 02:58    
03 Region Zone 04:03    
04 Annihilation 03:02    
05 Burning more Symbol 02:52    
06 3rd Bloodmaps 03:40    
07 Jesus Gates 04:03    
08 Predator 02:54    
09 End is Misery 03:43

Pambudi Agung Wibowo - Vocals
Fahmi Aziz - Guitars
Pandhu Setra Kameswara - Bass
Krisnantoro - Drums

Primal Death Metal Aesthetics that lend it a more Ominous Character ! ... jika hari ini Movement Death Metal scene tanah air adalah dominasi Blastbeat dan Heavy Sound, asumsi demikian ga selamanya berlaku saat kreatifitas berbicara lebih jauh dan menantang. salah satunya adalah perlahan Back to root ke karakteristik ketika pertama kali Ornamen Death Metal masih terdengar santun meski masih sanggup jadi mesin pembunuh musikal kontroversial persis kekerasan yang pertama kali diperkenalkannya sebagai genre metal makin karismatik bagi diehard umat-nya. dengan pembawaan Death Metal yang coba lebih mengadopsi gaya klasik Old School DM, Geliat atraktif Band asal Purworejo Jawa Tengah yang sudah digagas sejak tahun 2009 silam, meski Gw sendiri kurang mengikuti eksistensinya, Band yang punya nama sama sebagai PREDATOR, cukup mengingatkan Gw dengan Band Death/Grind asal Malang, beda konsep dan musikal, Predator asal Purworejo ini siap bikin kejutan menyegarkan lewat full album lebih serius pertama bertajuk " End is Misery ". ini jadi proses pematangan karir mereka setelah sebelumnya melepas 2 Demo dan 1 Ep, mungkin beberapa teman masih inget dengan demo ke-2 mereka " Demo - 2016 " yang juga pernah dirilis ulang oleh Genesis Production? Yess They are Predator ! dengan komposisi dan aransemen lebih matang menantang, Predator menyelesaikan 9 Track sebagai perhitungan eksistensi mereka ga boleh dipandang sebelah mata. come with Guitars riffs are Sharp and Powerful but not so Distorted like in the past and the vocals follow the same style with Schizophrenic Growl that are never excessive but always truly Nasty ! rasanya Gw seperti merasakan kembali keganasan Malevolent Creation era " The Fine Art of Murder ", " The Only Law Is Survival " nya Hateplow atau style-style nakal Solstice hingga Demolition Hammer. sentuhan USDM 90'an Style yang mulai ternikmati enteng hari ini mesti tak lekang digerus dekade, sentuhan yang masih dirindukan karakter-nya ketika invasi Modern Musik mulai bikin boring. meski Sebelumnya Gw Ga pernah bisa bergaul dengan band yang nomenklaturnya menurut kebanyakan orang bisa menikmatinya dalam kondisi Apapun, rasanya, sengatan " End is Misery " lumayan lebih berhasil mengencangkan beberapa konsepsional yang berhasil dikotomi dalam jaringan kejahatan musikal dan ruang melodis yang sebelumnya tidak pernah terfikir untuk dikunjungi. This is the true Representation of Predator, and it will kill fuckin you !!!.

Mungkin ini adalah sebuah pengalaman mendengarkan komposisi yang hampir seluruhnya terbangun dari persepsi, karena masing-masing track dimateri ini adalah latihan bagaimana menyerang telinga dengan kekuatan penuh, pencocokan dan bahkan sedikit melebihi ambang kebencian tema yang mereka usung. Gw mulai dengan track awal " Faced Aggressions ", ga terburu nafsu dengan ledakan distorsi, Middle part yang kerasa Epic harmonisasinya jadi opening Mood lebih menarik selama 40 detik'an, yang setelah itu Sekejap mood kita berantakan dengan sentuhan Hypersnare rapat, meski tidak terlalu Intens ketukannya, Predator menyajikan Sentuhan Death Metal yang kayaknya lebih jinak dan bersahabat dengan Moody setiap waktu kita, ya bener banget jika aransemen-nya tidak terlalu meledak ledak dasyat, Predator masih menyajikan komposisi DM kasar yang terdengar menyejukkan meski terkesan Angker dan gelap. sajian Simply DM Riffing yang secara keseluruhan banyak mengendalikan alur aransemen cerdas dengan sayatan dark harmonizing cukup mengingatkan dengan riff-riff khas Phil Fasciana nya Malevolent Creation, Dennis Munoz Solstice hingga mungkin Trey-nya Morbid Angel. perpindahan dari Bar ke bar memang cepat terbaca diimbangi lewat ketukan drum Imajinatif bagaimana menghidupkan setiap rangka lagu terdengar kian bernyawa. they also Explore a more Atmospheric Territory through the creepy Dark Melodic Riff and Perpetual Drum Attacking, It tends a bit closer to the more conservative take on where these band brought things in line with the earlier Adherents of the in the name Florida scene. serangan mengganyang berikutnya " Dead Centuries ", ledakan sederhana mematikan masih terbungkus apik dengan aura jahat terpancar hampir disetiap part. pemilihan sound Crunchy adalah Poin plus ketika mendengarkan berulang kali hampir keseluruhan materi, ga heran gitaris Fahmi Aziz harus memutuskan harus merekam ulang karena tidak puas dengan hasil sound sebelumnya, sebuah Insting Musisi tepat berbicara diakhir opsi lahirnya karya terbaik. karakteristik Rough Vocalis Pambudi Agung Wibowo memang coba lebih lepas dan terdengar jelas melafalkan pattern lirik, cukup mengingatkan Gw dengan karakter parau era-nya Brett Hoffman-nya Malevolent Creation atau Martin van Drunen-nya Aspyx. menyematkan banyak harmony yang terasa gelap mencekam lewat Riffing, " Region Zone " melaju menggilas selanjutnya. That Atmosphere is created by the Raggedness of the guitar tone, which is Fuzzy and very heavy, while the softer drums and now you see it now you don’t Movements of the bass offer a more subtle undercurrent of bad feeling. makin memanas dengan " Annihilation ", Predator masih terus membuas dengan gempuran masif OSDM dengan ekstrak sentuhan karakter jaman Now. Konsepsi seperti ini memang menghentikan tidak hanya pada momentum opening part tetapi juga mengendalikan karakter band, karena mengubah lagu tersebut dari kejam dan kekerasan menjadi semacam alur yang dapat diprediksi dalam satu putaran tunggal. Ada riff lain yang kadang agak terdengar kosong, yang mungkin akan terdengar lebih baik dengan lebih banyak menambahkan instrumen bass untuk bisa mendukungnya atau track gitar lain untuk mengisi kekosongan karena sebagian disebabkan oleh keributan dari beberapa riff yang jarang dan juga dengan tetesan intensitas dan atmosfir yang tiba-tiba mereka selipkan. menikmati lebih intens headbang Riffing di " Burning more Symbol " cukup untuk bikin cooling down pikiran setelah beberapa track sebelumnya begitu menggilas Mood. begitu pula sedikit meregangkan syaraf otak yang membeku dengan " 3rd Bloodmaps " masih terus ga berhenti coba menggoyang Kepala untuk headbang, meski pada menit pertengahan gempuran Hypersnare mulai kembalimenyiksa. the listener is repeatedly Pummelled by an intense DM Assault that Absolutely takes no Prisoners! The tempo is upbeat, with lots of gallop riffs and Downright fucking DM Mayhem ! ketukan modern Grinding pada beat berikutnya mengingatkan Gw dengan serangan masif hari ini yang dipopulerkan oleh Misery Index bisa kalian rasakan di " Jesus Gates " & " Predator " hingga track pamungkas " End is Misery ", Predator menyelesaikan Permainan menariknya meski Tidak ada surprise di sini, namun Predator cukup berhasil menggabungkan variasi dan kekuatan menggairahkan Death Metal yang cukup untuk menjaga pendengar tetap tak beranjak melalui segmen Menikam dan sentuhan hiperaktif dari percikan dan kecepatan sederhana namun tetap meremukkan otak. meski semua lagu memiliki pendekatan Style yang sama dan semuanya mencapai tingkat yang sebanding. Sorotan pribadi mungkin hanya masalah selera individu musisi. Namun satu hal yang pasti: orang-orang yang memiliki kedekatan seperti orang yang haus darah dengan penambahan rasa mematikan akan mengidentifikasi beberapa lagu yang sangat mereka sukai. Predator vary the tempo, but high speed parts do not gain the upper hand. So what, the abyssal heaviness of the entire work has the power to crush the listener and the album develops its effect slowly but steadily. In addition, Explosive sections such as the all material of " End is Misery " lend this effort an extra dose of Devastating Force hellyeah.

Well, overall at the end I think this album is a bit long and this is because we can always find few types of filler. The best tracks can be found at every composition. The violence is immense on those tracks while the rest simply doesn’t shine in Structures and ideas and you can clearly hear it. Menikmati secara keseluruhan materi " End is Misery " ada kesejukan yang ditawarkan memang, karena kuping ini memang butuh sajian Death Metal ringan, Simply, Catchy dan tidak memaksa selalu dengan tempo intens menggempur. keputusan yang patut dihargai atas kerjakeras bagi gitaris Fahmi Aziz untuk menghandle hampir keseluruhan materi " End is Misery " dengan talenta yang dimilikinya, produksi soundnya emang ga bikin kuping dibikin boring. meski masih kekurangan sebagai progres, Gw yakin banget band ini punya potensi lebih mengerikan pada suatu hari nanti. Gw suka juga dengan penampilan Artwork Cover karya Aghy R. Purakusuma, rasanya memberi Nice Looking dari kesan pertama album ini sanggup memberi Hipnotis. 9 Track Death Metal dengan Intensitas berat dan harmoni mencekam, rasanya sangat terlalu sayang untuk kalian lewatkan. a Shred of nuance and Distinguished horror regardless of whether I'm listening to tech, slam, old school death, what the fuck ever. " End is Misery " does not peddle such wares, it remains too Straight on its Slaughter course, with no element of surprise and very little Enduring Extremity.


CHECK MINI TEASER MADE By LICMEDIA


Posting Komentar

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!

banner-penipuan-lic

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!