Godzilla - III
Maxima Music Pro CD 2023
https://www.facebook.com/godzilla.officialband
https://www.instagram.com/godzilladm_official
https://twitter.com/Godzilla_ind
https://www.youtube.com/Godzillaindonesia
01. III 01:17
02. Kolonial Serigala 05:12
03. Tentara Imajinasi 03:28
04. Senyawa Berdarah 03:41
05. SIN 03:17
06. Konflik Boneka 04:33
07. Damage 03:43
08. Sangkakala 03:00
09. Fasik 02:49
Landy - Vocals
Amri - Guitars
Yusron - Bass
Novan - Drums
Menarik kebelakang lagi, ketika salah satu Veteran Death/grind Jakarta, Godzilla yang udah eksis sejak tahun 1993. pada karir-nya memang sangat terlambat mendokumentasikan karya mereka karena mungkin kesibukan dan kerap terjadinya bongkar pasang formasi hingga pada saat ini cuman menyisakan Drummer Novan. meski sendiri tertatih perjuangannya juga tidak sia-sia, tahun 2000 an, Godzilla berhasil melepas full album pertama " Permanent Insane on Disfigure Governments Mindless Ulcerate Decision " via ESP dalam format Kaset setelah sebelumnya merilis split keroyokan bareng band Panic Disorder / Troops of Brutality / Sajen / Washtafel dan Stroom bertajuk " Harmony as One - Jakarta Underground Compilation 1 ", ditambah single " Disintegrasi Moral " yang justru menjadi Booming saat terlibat dalam kompilasi nasional Metallik Klinik Jilid 4, nama Godzilla langsung melejit dan lebih diakuisisi eksistensi dari sebelumnya. mengalami jeda sangat panjang untuk selanjutnya Godzilla harus memuntahkan kembali debut full album ke-2 " In Absentia ", dapat terealisasi Tahun 2011 via Edelweiss Production, dan 10 tahun kemudian dirilislah album Live " Live In Absentia " via Off the Records yang sebenarnya adalah rekaman lama saat launching Album " In Absentia 2011" di Green Cafe Kemang, Jakarta pada 15 Januari 2011. sepanjang tahun pasca rilis " In Absentia ", Godzilla udah kerap sekali berganti formasi, hingga akhirnya Frontman Novan menarik Gitaris Amri (Invictus, Marionette, ex-Panic Disorder) juga pemilik Osiris Studio yang pernah menggarap materi " In Absentia " sebagai produser, kemudian menarik masuknya Vocalis Landy (Death Theresia, ex-Extreme Hate) dan Bassis Yusron. hal secara ga langsung turut banyak menggeser konsep musikal Godzilla meski tidak melenyapkan karakteristik mendasar Godzilla yang kental elemen Death/Grind meski secara mendasar Materi Album ke " III " nuansa Extreme Death Metal yang " lebih " punya typical old school begitu kental terasa melanjutkan warna seperti era " In Absentia ". frenetic and violent with early death metal riff styles and structural variations, especially in the tendency of to use strange pieces of songwriting to build logically communicative top-level architectures.
Hal yang menarik perhatian w pada awalnya adalah nama gitaris Amri yang sepak terjangnya lumayan w tau banget sejak membentuk Invictus, Yess ! Perubahan konsep yang terjadi selanjutnya memang tidak langsung tampak jelas, namun masuk akal mengingat pola karakter bawaan yang berbeda dengan komposisi sebelumnya. nampaknya lebih mengalir dengan substruktur organik yang bergeser secara perlahan namun tak terelakkan terjadi peningkatan musikalitas dalam tubuh Godzilla sejak mendengarkan track pertama " Kolonial Serigala ", Pencairan yang lumayan lambat dan rekombinasi momentum di setiap riff memungkinkan terbentuk dari struktur asosiatif komposisi, tetapi narasi heavy as fuck yang tiba-tiba meledak dalam ritme yang disematkan telah memberikan sebuah kekuatan mengejutkan. Ingatan w pribadi langsung tergeser ke materi Siksakubur era " St. Kristo ", selain stylistic Riff serta Dark Sounding, karakter Vocal Landy juga se-powerfully Septian Maulana. poise and mastery of structural decomposition, Godzilla more assemble Straight geometrics of song elements and combine them in effective, unfolding, and seamlessly dark narrative but simplistic and violent pieces. sentuhan Riff Amri nyata memang telah membawa sentuhan yang lebih menyatu lagi dengan ketukan Drum Novan yang di materi kali ini tidak banyak melakukan ketukan intense Hyperblast, sehingga perpaduan idealis berhasil bertemu dalam setiap kemarahan yang ingin mereka muntahkan ! salah satu yang menonjol tentu adalah sajian Solo Guitar Amri memang semakin ngasih warna gelap dan berat. Masih menyambung kemurkaan Godzilla sebagai monster raksasa yang melumat setiap keserakahan manusia, " Tentara Imajinasi ", digeber dengan powerfully dan agresif ! mungkin fans yang sudah lebih awal mengenal Godzilla akan mengatakan opini yang sama tentang melemah-nya Agresifitas sejak materi " In Absentia ", namun disadari atau tidak inilah pendewasaan Godzilla sendiri untuk tidak terjebak dalam warna klasik mereka. Seperti kebanyakan style yang sudah ada, Godzilla masih menekankan elemen-elemen sederhana di luar skala untuk membangun riff yang lebih terdengar Catchy, sering kali memindahkan struktur yang sama di antara posisi awal yang berbeda; namun, di mana sebagian besar karakteristiknya menggunakan perincian terperinci di antara elemen-elemen ini, atau memelintirnya dengan cara-cara lebih organik, seperti menggunakan part empat hingga lima akor dan memainkannya dengan irama yang sama secara ketat meskipun ada perubahan tempo yang dibuat seperti berubah-ubah dan disempurnakan dengan sentuhan solo melodius, Alhasil inilah Godzilla hari ini lebih terkesan Dark dan Heavy ! " Senyawa Berdarah ", masih begitu powerfully Angry growl-nya Landy mempertajam setiap persepsi musikal Godzilla nampak full tenaga intensitasnya. Yang menonjol lagi jelas adalah kemajuan dalam tekstur harmonis dalam lagu dan komposisi melodi dengan estetika yang serasi sebagai metode untuk selingan, menghubungkan atau memutuskan konsistensi dalam utas lagu untuk mengubah tekstur dan dasar-dasar yang akan dikontekstualisasikan kembali. luapan enerji melodius yang terasa mendominan lagi ada diawal-awal part lagu " SIN ", tampil lebih kalem dan elegan, cukuplah untuk bikin audiens menggoyang dan mengibaskan rambutnya, Yeah ! dan kita sepertinya masih akan terus digoyang dengan komposisi estafet, " Konflik Bonek ", tidak terlalu terburu-buru untuk memicu ledakan berarti. memang Dalam lagu-lagu-nya ini, Sounding yang dominan adalah salah satu komposisi melodius, bahkan ketika menekan melodisitas melalui penggunaan kromatik dan interval yang berlebihan, karena semua frasa memiliki tujuan melodis dalam struktur komposisi meskipun belum tentu estetis, meskipun hal tersebut dapat dianggap sebagai bentuk neoklasik dari musik nihilis dengan dasar musikal strukturalis. lanjut ke lagu selanjutnya, " Damage ", sepertinya ledakan-ledakan intens dan berarti pada setlist track awal jarang terjadi lagi sih, namun estetika komposisi seperti inilah yang justru terdengar nikmat dari sekedar menerima Hantaman Blastbeat kosong di isi kepala. tapi jangan kuatir berlebihan kalo dirasa pikiran kita terlalu merindukan hentakan beat yang cepat, karena " Sangkakala " kembali ngasih sengatan keras dengan siklus yang semakin memanas membawa blasting death metal lebih jauh dari yang pernah ada sebelumnya, tidak ada penghalang yang begitu dekat untuk mencekik musik seperti halnya pertentangan, yang berarti bagian-bagian dalam musik yang didasarkan pada konflik mereka sendiri, yang sangat penting untuk mempertahankan ketegangan ritmik yang ditransfer dalam sebuah Intensitas. The paradox of Godzilla is their strength of innovation; bold and powerful it exists in their creation of complex and aggressive songs from nothing, but shy and callow it is missing in some of the obvious harmonic progressions or meaningless dynamic note allocation that occurs; in other words, this music bows out of some of what it could use to make it self great and only highlight how powerful the essence of this death metal hybrid can be. Setlist disudahi oleh lagu " Fasik ", Low Growl Vokal pada resonansi gelap telah mengantarkan maksimal frasa-frasa eksplosif hampir di sepanjang komposisi dan memperkenalkan tekstur pada musik ini semakin terdengar lebih matang secara komposisi. Yeah, Preservation of guitar tone is excellent; the tone of guitar is dark and metallic in a strangely organic way. Instruments are clearly heard but could use more depth; part of this illusion comes from the low deep growl crunchy vocals.
In the end of Fuckin Overall, It's darkness emerges in a steady doubt and seething anger of the abyss which it promulgates with a blank face of acceptance mitigated by the twisting smile of pain. Recommended for fans of extreme death metal aggression! Sebuah perjalanan menuju pendewasaan musikal Godzilla sudah dipresentasikan mendekati sempurna di materi ke-3 " III " ini. Fans era " In Absentia ", masih dan lebih menyukai-nya, karena racikannya memang se-level lebih menampar apalagi sentuhan soundingnya masih dipertahankan ditangan yang sama. secara pribadi penampilan Amri dan Landi telah menjadi Monster Booster anyar nan menyegarkan untuk Frontman Novan. struktur musikal yang kompleks dengan pencerminan ekspresi yang memendam atmosfir gelap coba menyatukan apa yang seharusnya menjadi serangkaian ide yang berbeda menjadi sebuah komposisi menarik. Kalian mendengar dekonstruksi, Kalian merasakan setiap kemarahan dengan struktur yang sebenarnya muncul dari sebuah ide yang terasa mengesankan ! setengah jam menikmati materi bagus yang dikerjakan dengan ending terbaik dan akan memberi pengalaman luar biasa yang belum pernah kalian temukan dalam Taste Godzilla sesungguhnya ternyata tersaji memorable di " III ". as a Extreme Death Metal album it stands for a unique concept and an unmistakeable intelligence which stood out in the distinctive stylings and composition on the last Godzilla epics materialized as well.
* Songwriting: 8.5
* Originality: 8
* Memorability: 8.5
* Production: 8.5