Kultus - To You My Lord, Hell Awaits ...
Lawless Jakarta Records CD 2022
https://linktr.ee/kultusofficial
https://www.youtube.com/channel/UCKrZ3lUi9Fw6y4RzGhCGNAw
https://www.instagram.com/kultus.official
01. Maledicendum
02. Path (Feat. Gema Laksmi)
03. Mantra
04. Death Candle
05. Erebus (Feat. Daniel Mardhany)
06. Paradise Lost
07. Red Shadow
08. Witch Religion
Audinanto Alif - Bass
Dimas Anggara - Vocals
Ibrahim Aziz - Drums
Ganis Ilman - Guitars
Seperti sebuah Manuskrip runtuhnya dunia modern yang ditandai dengan kehancuran akhir zaman. didalam semesta yang diciptakan kultus, manusia pasca-Apokalips kembali ke titik nol dimana tidak ada lagi yang dapat dipercaya kecuali api, karena api menjadi poros kehidupan manusia dalam melakukan segala-nya, termasuk segala yang menyangkut kehidupan dan kematian dan api pula yang menjadi simbol dimulainya kembali peradaban dunia. rangkaian elegi tentang filosofi api sebagai sumber kehidupan, maupun tanda kematian direpresentasikan dalam bentuk yang beragam seperti kekuasaan Dewa dewi, paganisme, ritus penyembahan, seorang juru selamat, pilihan hidup dan titik akhir yang pada akhirnya, apa yang diawali dengan api akan kembali pada api telah menjadi sebagian besar tema Kultus didebut full album perdananya " To You My Lord, Hell Awaits ... ", Unit Sludge/Doom metal asal Tangerang, KULTUS. menjadi sekian dari nama Pioner Doom metal scene Tangerang, band yang pertama kali digagas oleh Gitaris Ganis Ilman dan Drummer Ibrahim Aziz (Abhira, Apoteoza, Catastrophe, Omnivorous, ex-Gemeinschaft by Blood, Tantrum, ex-Jail) meski hanya fokus pada penulisan lagu kemudian direkam hingga akhirnya masuk bassis Audinanto Alif join untuk makin nambah taste ide dan musikalitas Kultus. seperti yang w tau jika flesbek, Tahun 1990-an adalah waktu yang menarik untuk musik berat, saat popularitas genre thrash turun drastis dan tergantikan booming groove metal, sementara di bawah tanah genre death metal semakin mendapatkan daya tarik di kalangan penggemar musik ekstrem. Grunge juga merupakan salah satu bentuk musik paling populer pada saat itu dan melihat banyak kesuksesan dengan band-band seperti Alice In Chains yang mencampurkan soundscapes yang moody dengan riffing lambat dan berat. sehingga kemudian di Amerika Selatan sesuatu yang sangat unik mulai terbentuk, yaitu lahir genre baru sebagai sludge metal, dengan band-band seperti Crowbar dan Eyehategod yang coba memadukan tempo agresif dan energik dari hardcore/punk dengan riff yang kental mirip dengan doom metal, dan lagi menciptakan subgenre yang sementara itu tidak terlalu populer, tidak sengaja telah mempertahankan fans yang stabil dan telah melihat banyaknya rilisan berkualitas dari banyak band. meskipun dalam catatan sejarah, band seperti the Melvin sudah pertama kali di tahun 80'an memperkenalkan genre Sludge/Doom Metal ini meski kenyataannya justru terkenal di scene Grunge. udah menjadi karakteristik jika Banyak gambaran dan perasaan muncul di benak ketika mendengarkan lagu bernuansa Sludge/Doom, karena kita akan perlahan-lahan terseret ke kedalaman terdalam dari alam sadar dan bawah sadar. Kultus signature, rotten sound that's swampy and diseased as always. That fat tone is suffocating with how it slowly rolls over you with an agonizing sense of doom. The sluggish speed makes things feel painful and blends perfectly with such a tone.
Track awal " Maledicendum ", Kultus engga langsung terburu-buru memainkan hidangan utama lagu, karena lebih menyediakan ruang hening sejenak dengan sentuhan psychadelic horror intro yang kemudian lewat balutan dari pujangga Gema Laksmi, Kultus langsung menggebrak dengan emosi pelan serta depresif lewat " Path ". yang jelas pasti sentuhan riff khas ala Tony Iommi-nya Black Sabbath memang ga akan pernah bisa genre ini lepaskan institusi-nya, yang selain itu atmosfir musikal klasik doom metal ala the next Sabbath kayak Pagan Altar, Trouble, Pentagram, Saint Vitus, Candlemass hingga Winter dengan Sludge style in the vein EyeHateGod, Corrossion Of Conformity, Acid Bath ato Down. breakdown in which a tremelo lead delicately embroiders notes over the top of a massive bassy riff and spacey swooping tones, lending an almost Hawkwind-like psychedelic tinge, and there’s another long instrumental excursion. karakteristik sounding raw and rust semaksimal mungkin Kultus hadirkan disini untuk lebih melebur dalam sentuhan dasar vintage sounding era 70'an, meski bagi Kultus jelas pasti menemukan kesulitan dan tantangan tersendiri, namun untuk debut ini lumayanlah taste itu perlahan mereka sajikan. The mixture of Hendrix and Iommi spiced with some less-virtuoso-esque hardcore punk makes Saint Vitus' guitar-tone and style very unique and instantly recognizable. downtune riff Ganis Ilman meski terdengar woles tapi cukup agresif dibeberapa part adalah hal senada ketika Drummer Ibrahim Aziz mengimbangi setiap irama-nya. komposisi-nya w rasa masih pada root natural alias tidak banyak terkontaminasi unsur dan sentuhan elemen genre lain, this particular signature what Tony Iommi's evil and twisted pinkie trilling is to Black Sabbath. seperti hal-nya juga track " Mantra ", rasa-rasa doom metal kental ala Winter dengan slow part menjadi titik lemahnya tetap dengan sentuhan minimalis. karena menggunakan kata-kata tersendiri untuk dapat menggambarkan secara persis dapat dilakukan meski pada frasa pertama yang muncul di benak w ketika mulai mencoba untuk membungkus pikiran w sendiri tentang bagaimana mendapatkan kualitas yang luar biasa dari materi ini kepada pembaca. w merasa seperti seorang astronom yang mencoba menggambarkan alam semesta dalam beberapa istilah teknis yang menjemukan, padahal pada kenyataannya dibutuhkan seumur hidup untuk menginternalisasi semua aspeknya agar dapat menyadari betapa menakjubkan dan mengesankannya secara keseluruhan karya seni itu sebenarnya. jika 2 track sebelumnya terlalu lempeng, mungkin saatnya kalian mencoba dinamika partisi track " Death Candle ", w rasa Kultus coba mengeksplor luasnya pengalaman musikal Kultus adalah tantangan demi tantangan yang harus dilewati. Bagaimana membuat konsep heavy metal dalam sebuah keragaman subgenre seberat mungkin telah menjadi pencarian dari sejak awal, dengan berbagai pendekatan untuk mencapai prestasi ini, setiap akord dimainkan dengan jumlah kekuatan yang tepat ada di belakangnya, dan dipertahankan dengan panjang dan tepat, diatur menjadi riff di mana setiap akord terasa menaikkan tensi emosi dan meningkatkan bobot akord sebelumnya. dan Besarnya riff ini hampir dilampaui oleh betapa gelapnya atmosfer yang mereka ciptakan. dan part awal " Erebus " w rasa cukup memorable dengan taste epik-nya apalagi disini Vocalis Daniel Mardhany (ex. DeadSquad, Darksovls) coba ngasih rasa gahar dengan raungan growling tipis tipis. tidak seperti pada track-track sebelumnya, sentuhan Groove Hardcore/Punk style semakin bertebaran ditrack ini, w rasa Kultus coba lebih dinamis dan Agresif lagi tanpa mengurangi karakteristik dasar yang menjadi konsep Kultus. Howling feedback is overlaid atop the mix, swooping in and out, forming a masterful evocation of chilling winter winds. From there, it's one baleful, misanthropic dirge, one after the other, sometimes with clear transitions between tracks. ketukan di " Paradise Lost ", seperti w mengingat kembali gaya tradisional Black Metal, yang lebih mendominasi part-part datar dan menekankan atmosfir musikal yang gelap ala Saint Vitus juga Candlemass rasanya bahkan Gothic style juga bisa kita rasakan disini, rancak emang seduhan setlist-nya dimenit ini. sounds like monks singing the riff from Sabbath’s signature tune should be some indication as to where the quintet were coming from, and the way the opening riff comes into view is one of doom’s finest reveals and simply doesn’t do bad riffs, and this rolling bit of heaviness is a humdinger, filling with Sabbathian dread and take-no-shit muscle. komposisi aransemen-nya memang lebih memberikan ruang nganggur lumayan panjang bagi vokalis Dimas Anggara di " Red Shadow ", seperti menyambung part lagu " Paradise Lost ", the riffs are a mixture of raw, dirty and groovy and slower crawlers, both bands have a solid rhythm section; and certainly the bands have their very own madman singing in the most haunting ways possible. On top of that, the production is similar on these albums: highly unclean! This is a good thing, because it sets the dark and mysterious atmosphere for these obscure (at the time) bands. well, sambil menahan rasa ngantuk aja nih meski segelas kopi udah mulai kering dicangkir, ga terasa udah disetlist pamungkas yang dipasrahkan pada track " Witch Religion ", seperti merasa kehabisan ide, Kultus nampak masih ingin mengalir begitu aja mengulang karakter pada track-track awal. The riffs and the downtuned guitars is what makes this material so damn great and memorable. While these days most riffs are written in one way or another - in Relentless you can hear diverse and remarkable riffing. Also, the fact that so many bands try to copy this sound is one more evidence that it was something innovative and revolutionary (the down tuning in particular).
And at the end of the day this is look easily, 8 track yang menurut w rancak namun bakal ngasih pengalaman tersendiri saat Hati butuh sebuah ketenangan menikmati musik berat tanpa harus diberondong hentakan beatempo yang membabi buta, " To You My Lord, Hell Awaits ... ", asli w rekomendasikan buat kalian penikmat Sludge/Doom metal yang engga lempeng-lempeng aja, rasanya pas banget dinikmati sambil ngebir santai hehehe... Buzz Produksinya lumayan nampol buat kalian yang masih menyukai style Vintage. sekedar informasi, pasca menyelesaikan materi ini, drummer Aziz cabut dan digantikan oleh Nalendra Samudro. yang menarik w adalah artwork cover nya yang evil banget karya MFAXII lumayan bikin kecele buat maniac artwork. It's heavy as hell and sounds as sludgy as the guitars, but makes things somewhat cozy and warm for a brief period, when it takes the lead. The drums are twisted doom executed and save the music from sounding like a truck stuck in the swamp struggling to escape the marshes and lurking gators. There's no guarantee you'll like this, even if you're into this music, because this is truly muddy on another level. Not for the faint-hearted.
* Songwriting: 8
* Originality: 8
* Memorability: 8
* Production: 8
Kultus - Erebus feat. Daniel Mardhany