Innocent Voice - Setara Mata Pisau
Smookesaid Records CD 2025
https://www.facebook.com/innocentvoiceofficial
https://twitter.com/INNOCENTVOICE_
www.youtube.com/@innocentvoiceofficial
01. Setara Mata Pisau
02. Purgatorium (Feat. Arie Koesmiran & Stephanus Adjie)
03. Labirin
04. Rodan Pararel
05. Dualitas
06. Noir
07. Pesan Terakhir
08. Loneliness (Acoustic Feat. Indra Pamungkas & Jeffry Arsand)
Anto Owi - Vocals
Irul Ketapelbaja - Guitars
Aftar Widyatmoko - Guitars
Zulfa Panjul - Bass
Anza Arsand - Drums
Ketika mengucapkan " Kudus ", sebutan familiar kita pasti antara lain adalah Kota Kretek, Kota Santri, dan Jerusalem Van Java. " Kota Kretek ", Kudus dikenal sebagai kota pelopor dan produsen rokok kretek terbesar di Indonesia. " Kota Santri " Julukan ini diberikan karena Kudus menjadi pusat perkembangan Islam di masa lalu dan hingga kini tetap banyak memiliki sejumlah pesantren dan " Jerusalem Van Java " Sebutan ini muncul karena asal usul nama Kudus yang berasal dari kata "Al-Quds" yang berarti suci, dan juga karena adanya makam Sunan Kudus dan Sunan Muria. dan ketika berbicara musik ekstrem metalnya, beberapa tahun yang lalu, w sempat mengenal kegaharan nama seperti : Cemetery, Makam, Berzier, R.O.H hingga Altaraven, dan sekarang, serpihan menyengat lagi nan mematikan, " Innocent Voice " harus kalian catat sebagai sosok pengusung Modern Metal. dibentuk tahun 2006, cuman selang 2 tahun EP " War Anthem " menjadi perkenalan awal yang trengginas meski tahun 2009 mereka harus vakum karena kesibukan member dan butuh 6 tahun bagi member tersisa, Drummer Anza untuk memberi nafas menyegarkan bersama formasi baru. memperkenalkan single " Reborn " tahun 2016 sebagai amunisi cek ombak melangkah ke Full album pertama " Circle of Repeat " tiga tahun kemudian. sempat melempar single " Rodan Pararel " tahun 2023, menuju pemanasan full album Ke-2 " Setara Mata Pisau ", Innocent Voice makin mempertontonkan kematangan musikal dari konsep yang mereka sepakati, Modern Metal ! Di era di mana distorsi seolah sudah melalui proses filter Instagram, Modern Metalcore hadir seperti hewan buas yang dimandikan shampoo mahal. Produksi clean, mixing klinis, namun masih sangat menyisakan aroma beringas di setiap lekuk komposisi. Gitar yang serba menghentak dengan heavy as fuck riff, breakdown ketat seperti jadwal hidup manusia digital, sementara vokal growl dan clean bergantian seolah sedang berdebat antara sisi manusia dan monster dalam satu tenggorokan. Well, damn ! Inilah teater sonik keras masa kini, namun terukur; brutal namun berperasaan. Metalcore modern bukan lagi sekadar amukan liar, tapi evolusi estetika agresi yang dikurasi. Ia menggilas tanpa ampun, tapi dengan tata krama studio yang sempurna. Sebuah paradoks yang indah: kekacauan yang direncanakan dengan presisi surgawi, Aaarghhhh !!!
Yuk kita cicipi dari setlist awal yang menempatkan lagu " Setara Mata Pisau " sebagai openingnya, petikan akustik Gitar seakan memberikan sesuatu yang absurd dalam permainannya yang terdengar lebih menyeramkan dari distorsi ketika terpadukan dengan string synthesizer, seolah tiap petikan adalah doa yang disuarakan oleh arwah penasaran. Nada-nadanya tak sekadar mengisi ruang, tapi merayap, menembus dinding realitas, dan mengelus sisi paling sunyi dari kesadaran manusia hingga pada ke detik 50, kemudian menghajar rentetan distorsi ajib sebagai permulaan menghancurkan bias kehidupan. komposisi riff modern style yang lebih mengingatkan w dengan gaya musikal circle pertemanan dekat mereka, Down For Life ! yang ini menurut w merupakan pertemuan antara old Within The Ruins, Lamb of God, Fear Factory hingga Gojira. karakter vokal Anto Owi lebih menonjolkan gaya berat mengkombinasikan spirit karateresitik band death metal layaknya. perpaduan riffing sederhana yang kelihatannya belum banyak menampilkan kejutan signifikan dan gempuran Drum powerfully Anza memang kombinasi yang ciamik, Innocent Voice masih bermain aman dengan tempo sedang dalam cengkeraman atmosfir gelap menjadikan track " Setara Mata Pisau " sebagai Orkestrasi Anthemic untuk ber-sing along antara moshpit crowd ciptaannya. as the personality and charm of the record compliment the crushing riffs and harsh vocals perfectly. akan lebih mencekam selanjutnya adalah Monumental track " Purgatorium ", komposisi musikal yang selevel lebih menampar lagi, apalagi ini seperti menjadi kolaborasi lintas generasi dengan menggandeng Bunda Arie Koesmiran dan Stephanus Adjie dari Down For Life , Warna vocal yang khas Bunda Ari dan Vokal Emosional semakin menggoreskan makna mendalam antara Lirik, Lagu dan Musikalitas. Di antara gemuruh distorsi dan dentuman ritmis yang memecah keheningan, terselip bisikan penuh amarah dan penyesalan " Aku adalah makhluk kesesatan, aku adalah makhluk penyesalan.” Kalimat yang terdengar seperti doa yang gagal menemukan langitnya. Ini bukan sekadar pengakuan dosa, tapi bentuk spiritualitas yang direkam dalam frekuensi rendah dan teriakan serak penuh luka. ini mungkin bentuk penggambaran Manusia, yang pada akhirnya, hanyalah menjadi paradoks berjalan rapuh namun arogan, berdosa namun masih berharap diselamatkan. Musik keras itu menjadi altar modern tempat jiwa-jiwa tersesat melakukan refleksi, bukan dengan air suci, tapi dengan keringat dan darah dari jari yang terus memetik nada. Di balik kerasnya musikal, ada renungan yang lebih dalam dari sekadar amarah: keinginan sederhana untuk dimaafkan, meski oleh diri sendiri yang sudah hancur separuh jalan. " Labirin ", menonjolkan ritme breakdown tempo sederhana tanpa teknik-teknik yang banyak menguras konsentrasi, Innocent Voice hanya ingin larut dalam sebuah kebersamaan moshpit crowd dalam setiap tatap muka perform, dibuktikan dengan musikalitas yang menghanyutkan selalu dalam party peluh keringat. beberapa perpaduan Grooving Riff ala Gojira dengan Slam Breakdown Riff renyah ala Fit For An Autopsy adalah ornamen tak terlepaskan disini. The latter is especially noteworthy as it really puts every facet of the band’s sound on display. The beginning sees us traversing a beautiful soundscape filled with the aforementioned whale calls, begitu pula dengan lagu berikutnya, " Rodan Pararel ", juga kental banget breakdown khas Gojira yang jadi perpanjangan konsep inovasi Meshuggah juga Fear Factory, mengikuti pendekatan poliritmik dan matematis tertentu, tetapi seringkali efek keseluruhan lebih glitchy daripada lima orang yang memainkan lima lagu yang benar-benar berbeda secara bersamaan ibaratnya, namun pada konsepsional Innocent Voice telah disederhanakan lagi menjadi Ornamen yang catchy ! " Dualitas ", tetap tampil santuy tanpa mengesankan arogansi tempo yang meledak-ledak, Band ini seperti ingin hanyut bersama dalam pesta pora peluh keringat sampai tetes penghabisan. penampilan pattern Clean vocal memang sedikit mengingatkan w dengan style khas Fear Factory banget disetiap penggalan riff rythym. sambutan solo-solo Guitarnya asli makin memper-cakep tampilan komposisi meski diplay berulang ulang. Ini bukan sekadar musik; ini seperti soundtrack eksistensi yang perlahan membusuk. Setiap dentingnya seperti mengantar kita dari buaian ke liang kubur dengan sopan santun yang mencekam. Esensi keras yang biasanya identik dengan kehangatan kini berubah jadi ritual spiritual, di mana senar gitar memetik urat nadi kehidupan itu sendiri. Sebuah perjalanan sonik yang tenang namun mematikan seperti senyum malaikat maut yang terlalu lembut untuk dicurigai. seperti halnya juga lagu " Noir ", tak hentinya Innocent Voice membuat kita semakin larut lebih dalam. Konsep Modern Metal kini memang tidak selalu tentang siapa yang paling cepat menyulut, atau seberapa brutal teriakan bisa menembus dinding realitas. Kadang, justru di tengah tempo yang melambat, ritme berat itu terasa lebih jujur lebih manusiawi, karena di sanalah musik berhenti menjadi kompetisi adrenalin, dan mulai berubah menjadi dialog antara emosi dan frekuensi rendah yang mengguncang dada. karena Ini bukan tentang menurunkan tensi, tapi menaikkan kesadaran. Dentuman yang tidak meledak-ledak justru memberi ruang bagi makna untuk bernafas, bagi emosi untuk tumbuh tanpa terbakar. Modern Metal akhirnya berevolusi dari sekadar ajang moshpit menuju refleksi tetap berat, tetap gelap, tapi kini lebih bersahabat dengan jiwa yang juga lelah berlari. Sebelum menyelesaikan party berat dan gelap, Innocent Voice masih punya 1 amunisi penghabisan " Pesan Terakhir ", sebelum tibalah closing esensial lewat sajian komposisi Akustik seperti pada Intro track awal, " Loneliness " yang disini juga melibatkan penampilan Akustik dari Indra Pamungkas & Jeffry Arsand, hey Siapa bilang musik metal harus selalu berlari kencang dan meledak seperti dunia yang sedang terbakar? Kadang, justru ketika distorsi dimatikan dan senar akustik dipetik pelan, emosi terdengar lebih jujur lebih manusiawi dari sekadar teriakan yang menggema tanpa arah. Musik Metal tidak kehilangan taringnya hanya karena ia memilih diam sejenak. Justru di keheningan itulah letupan perasaan paling dalam menemukan ruangnya: getir, rindu, kehilangan, hingga damai yang absurd. Petikan gitar tanpa distorsi menjadi bentuk lain dari teriakan lebih subtil, tapi sama menyayatnya. Karena pada akhirnya, metal bukan soal volume, tapi tentang bagaimana manusia meluapkan emosinya dalam ribuan cara dan rasa entah lewat amukan, atau justru lewat keheningan yang menegangkan.
And fuckin Overall, " Setara Mata Pisau " merupakan album yang wajib dimiliki untuk menggambarkan esensi gaya Modern Metal yang renyah untuk dikonsumsi sehari hari melebihi soundtrack semangat hidup kalian pecinta distorsi tegangan tinggi dengan sentuhan sound Heavy as fuck tentunya ! sekali lagi " Setara Mata Pisau " seperti Di tengah badai Metal modern yang terus mengaum tanpa jeda, penuh distorsi, hiperproduksi, dan ego sonik masih ada eksistensi yang memilih berdiri kokoh, bukan ikut hanyut. Di sanalah letak keteguhan yang sebenarnya: tajam dalam visi, reflektif dalam makna, dan menyala justru di bawah kebisingan yang menelan segalanya. Bukan soal siapa yang paling keras, tapi siapa yang tetap sadar di tengah gemuruh. Eksistensi di era ini bukan lagi tentang bertahan hidup, melainkan tentang menjaga bara agar tetap hidup di tengah kilatan ledakan yang memekakkan. Metal modern boleh jadi badai tanpa akhir tapi dari pusaran itu, lahirlah mereka yang tak sekadar berisik, tapi beresonansi ! Produksi materi yang bukan kaleng-kaleng untuk merealisasikan mimpi panjang band mempersembahkan yang terbaik ini digarap di Aurigas Music Labs dan dipublikasikan oleh Smookersaid Records. Menyebutnya sekadar " dream come true " terdengar terlalu manis untuk sesuatu yang lahir dari proses yang berdarah-darah. Ini bukan mimpi yang jadi nyata, ini adalah apokalips esensial : ledakan kreatif yang menghancurkan batas lama demi membangun tatanan musikalitas baru. Tahun 2025 sekaligus adalah19 Tahun dedikasi Band akan menjadi saksi ketika idealisme dan penderitaan bersekutu untuk melahirkan sebuah masterpiece yang tak hanya terdengar, tapi dirasakan seksama dari tanah Indonesia, karya ini menolak tunduk pada standar global, ia mungkin justru menantangnya. Sebuah bukti bahwa kualitas bukan lagi soal geografis, tapi tekad dan keberanian untuk melawan stagnasi. Dalam dunia yang sibuk memproduksi suara tanpa jiwa, hadir satu dentuman yang membawa pesan jelas: inilah kebangkitan strata musikalitas yang berkelas : keras, berani, dan sangat hidup - Uncompromising attitude, and intense Aggression do come through intact !!!
* Songwriting: 8.0
* Originality: 7.8
* Memorability: 8.0
* Production: 8.0




0 Comments:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar TERBAIK kalian disini, enjoy the sickness !