Wanderlust - No Guts No Glory CD 2018

Wanderlust - No Guts No Glory
Samstrong Records & Hit and Burn Records CD 2018
http://www.instagram.com/wanderlusthardcore
https://wanderlusthc.bandcamp.com/

01. Reverie
02. Refuse to Forget
03. Stand Our Ground
04. Cruel World
05. Toxic Person
06. No Guts No Glory
07. Hard Times
08. Eternal Crush
09. Devotion
10. Ruiner


Deri - Vocals
Bagas - Guitar
Barod - Bass
Fery - Drums


Sejak terbentuk dari tahun 2015, datang dari ujung selatan klaster pulau jawa timur, Tulungagung. 4 pemuda yang tidak pernah merasa bosan memainkan musik dengan sound kemarahan yang berat serta tak pernah berhenti menyuarakan semangat dalam nadi musik Hardcore. mendapat Pengaruh intens dari band band seperti Buried Alive, Disembodied, Foundation, Expire sampai band band semacam Alice In Chains hingga nama Zack Dela Rocha di Rage Againts The Machine ternyata masih menjadi alasan besar ketertarikan mereka dalam membentuk sebuah kolektif band yang mereka baptis dengan nama WANDERLUST. Tanpa pernah terjadi bongkar pasang dalam line up mereka menunjukan band ini layak menjadi sebuah band yang bisa di bilang solid. Setelah berhasil mengeluarkan 2 track dengan title " No remorse " dan " Hush! " tahun 2016, mereka engga pernah merasa cukup dalam memainkan musik heavy hardcore yang mereka yakini telah menjadi pilihan dalam spirit band ini sendiri hingga di akhir tahun 2017 ini, Wanderlust kembali menggarap materi materi yang mereka anggap siap menjadi rilisan yang akan membakar scene hardcore local tanah air. Tahun 2018 adalah tahun yang mereka yakini layak menjadi momentum sejarah bisu ditelurkannya album pertama wanderlust " No Guts No Glory " yang di handle oleh Samstrong Records berkolaborasi dengan Hit and Burn Records dalam format CD, title yang diambil dari salah satu track dalam album ini dengan penggalan lirik yang masih menceritakan tentang semangat seseorang yang tidak akan pernah berhenti untuk mencari jalan yang lebih baik sampai mereka menjumpai kematiannya " never too late to starts all over, no guts no glory it’s never too old to dreams ". If you want more the energy, this CD is the answer because it possesses the outstanding combination of speed, heaviness, toughness, breakdowns, and integrity.

Setelah Intro track " Reverie ", Wanderlust langsung melesat tanpa meninggalkan kaidah dari spirit perlawanan yang selalu disuarakan para scenester hardcore punk, dalam lirik track " Refuse to Forget ", mereka menuliskan bagaimana mereka merasakan hukum di negara yang mereka banggakan ini hanya seperti sebuah lelucon sampah. Terinspirasi dari terbunuhnya seorang aktivis HAM Munir Said Thalib yang sampai saat ini belum ada titik terang kejelasan hukum. karakteristik musikal yang boleh w bilang Heavy meski sudah terbalut pesona Modern style memperlihatkan lanskaps musikal Wanderlust cenderung dinamis dan agresif mengontrol setiap emosional. mungkin similiar style vocal gaya Disembodied dan Buried Alive lebih cenderung berat dan Growling, beda dengan Wanderlust oleh Vocalis Deri lebih terdengar ringan ala Zack Dela Rocha RATM banget, It works well with the music and helps convey the emotion portrayed by the music. kemudian sentuhan elemen clean Guitar sesekali membawa Integritas ke dalam pikiran. Penggabungan konsep ke dalam aransemen lagu telah bekerja dengan baik dan membantu suasana album tetap agresif dan gelap. seperti ngasih dinamika yang disambut baik, terutama saat membangun hingga menghancurkannya. tidak terdengar terlalu memaksakan diri dalam melahirkan setiap komposisi, Wanderlust masih konsis menggunakan gaya breakdown riffing yang lebih berat dan lambat di samping breakdown yang digerakkan oleh hentakan drum yang cepat. Originality and diversity keep this album from reaching perfection. Clearly taking a few pages out of the " How to play hardcore with Integrity " handbook Disembodied drops some of the Slayeresque leads in favor of playing a more slowed thrash-riff battering. " Stand Our Ground ", kompleksitas Hardcore styling-nya memang openminded dengan beberapa sentuhan Thrash riffing, penampilan-nya ga selalu dibombardir dengan hantaman twin pedal drum berat, so atmosfir-nya lebih menggelorakan kembali warna USHC ala Madball, Biohazard ato Terror namun dengan sound Riff yang lebih Heavy as fuck ala Buried Alive ato Disembodied. kemudian " Cruel World ", masih asyik banget mengaduk-aduk moshpit crowd lagi-lagi dengan hentakan musikal yang Catchy untuk meleburkan soul mereka tentu dengan Audience. most presented razor sharp metallic edges, driving hardcore verses, and gloomy breakdowns set a stage for one of hardcore's most messianic. meski Sebenarnya ada keengganan umum untuk " heavy metal culture " dan hedonistik, jebakan pelarian dari dunia heavy metal. Integritas Wanderlust sebenarnya masih tetap ingin mewujudkan banyak kelebihan dan ekstremitas metal, baik dalam Sounding maupun representasi, mungkin Ini yang menjadi bagian dari apa yang membuat cerita materi keseluruhan " No Guts No Glory " nampak begitu menarik. apalagi persembahan " Toxic Person " tetap tidak pernah berhenti memuntahkan hardcore powerfully, Ini adalah bagian intrinsik dari karya Wanderlust sebelumnya dan lebih banyak memberikan dinamisme emosional musik. Namun, sebagian besar harus terlucuti dan tertimbun oleh kemarahan dari ketidak puasan dari apa yang mereka rasakan. karena memang sebuah lagu tanpa memiliki soul itu seperti karya kosong yang berbunyi keras belaka. menekankan downbeat tempo pelan hingga cepat untuk menampilkan sebagian ledakan ekplosif, sebuah kerjasama tangkas member partner yang saling melengkapi dan mengisi demi menghidupkan setiap esensi yang mereka sodorkan sebagai eksplanator lirik yang Wanderlust raungkan. These moments are too few and too consistent in execution though. This record is ingenious at one moment yet disjointed at the next. It’s fully an Wanderlust materialized but for that very reason, it’s its own worst fucking enemy. tetap membakar adrenaline. apalagi musisi tamu seperti Afdonea dari band Death metal sejawat scene asal, Vision Decay, turut berkontribusi di track ini, berikutnya " No Guts No Glory ", masih menghantam keras begitu saja dogma-dogma empiris, sesuatu yang tetap diyakini harus mereka terjang dengan perubahan. By balancing the Minor Threat-esque hardcore punk energy and the heaviness of extreme metal, they managed to craft a new, sludgier sound that still contains plenty of fury and aggression. This style, often jokingly referred to as " chugcore ", is done to death nowadays and quite poorly, most of the time but Wanderlust made it more interesting. Tak lupa juga Wanderlust membawakan satu buah cover song dari Cro-Mags dengan " hard times " yang di ambil dari album terbaiknya " The Age of Quarrel ", salah satu pioneer hardcore band asal New York yang pengaruh-nya di Movement HC Internasional sampai hari ini masih penuh dengan dedikasi. nomor yang lebih banyak mendapat injeksi warna berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya, coba eksperimen mungkin adalah " Eternal Crush ", beberapa sentuhan dinamis sludge/stoner ala Mastodon hingga model Alice in Chain lumayan ngasih kesan berbeda aja ketika mereka nyalakan. The riffs really anchor and drive these songs forward, ensuring they become and remain some of most memorable and exciting songs of their entire career, as well as the stronger set of songs. termasuk juga " Devotion ", Wanderlust seperti sedang menggeser karakteristik musikal-nya, especially for riff duties-nya, kesempatan ini mungkin menjadi dominasi menonjol bagi performa vocalis Deri memperoleh slot lebih menyegarkan lagi. tracks here are slower, more patient, droning, atmospheric and progressive - and they're easily the exciting challenge breed of song here, even though they are more indicative of their later direction. dan puncak-nya " Ruiner " menjadi kompilasi karakter Wanderlust musikal selama ini, termuntahkan signifikan lengkap dengan segala tantangan ketika mereka menyajikan-nya di penghujung setlist. they're merely solid as opposed to absolutely stunning; they're nice enough while on but they definitely drag the momentum of the more energetic songs down once they start. The rhythm section on these songs is a lot more restrained; the riffs are less technical and choppy, being of the more pure and drawn out sludge variety than anything groovy or thrashy.

Despite the consistent quality and flow of the tracklist, this is still overall a challenging album and one of the band's best. sehingga tak banyak memang yang bisa dijanjikan dalam " No Guts No Glory " ini selain kalian akan menyadari masih adanya Ancaman serius dari scene hardcore didaerah yang berbahaya untuk begitu saja terlewatkan. mengeksplor antara skill dan kedewasaan bermusik menjadi esensi yang Wanderlust manajemen hingga saat ini apapun bentuk-nya, tetap solid dan berkarya masih menjadi momentum yang mereka idam-idam-kan. pertemuan skill bermain Drum, riffing dan vokal adalah progres menyakinkan yang pernah dihasilkan band, dan ini masih memiliki produksi terbaik-nya. Lagu-lagu yang lebih enerjik cukup bagus dan setidaknya telah berhasil menunjukkan Wanderlust mau mencoba hal-hal baru dan memvariasikan musik mereka. Hal ini juga menjadi bukti bahwa mereka tidak perlu membuang kualitas musik mereka ke toilet dengan menukar berat tanpa kompromi untuk kemajuan dan atmosfer, sesuatu yang akan mereka pelajari dari penulisan materi sebelumnya untuk mereka jadikan experience kedepannya. It does have its shortcoming and for the heavy metal xenophobes out there, it can be a little intimidating and, dare I say, pretty sophisticated for the audience it is intended for. But nonetheless, this is a fine debut full album by one of the modern greats within this profound hardcore of music.

* Songwriting: 8
* Originality: 8
* Memorability: 8
* Production: 8.3




Posting Komentar

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!

banner-penipuan-lic

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!