Nocturn Project - Into the Battle CD 2019

































Nocturn Project - Into the Battle
Edelweiss Production & Records CD-R Pro 2019

01 The Beginning & the Martyr 04:19    
02 The Promises 01:36    
03 Moonlight Bloody Swords 03:37    
04 The Masters 01:43    
05 Wars Beside Dimension 04:58    
06 Palagan Darah 04:14    
07 Under the Name of Jazirah Slayurs 03:48    
08 Mataram Legend Rises 03:59    
09 Lords of Nocturnal Warriors 05:02    
10 Ancient Movement 00:56

Virtureion - Vocals
Archsatyr - Guitar/Programming
Hellarian - Bass
Foresthrone - Keyboard

Mengangkat legenda Kerajaan Mataram Kuno secara mendasar menjadi salah satu Agresi bagi Frontman Hestu Ex. Soulsick aka Archsatyr menjalankan proyek sampingan musikal-nya bernama NOCTURN PROJECT (NP) yang kemudian menggandeng bassis Hellarian,  keyboardis Foresthrone dan terakhir vokalis Virtureion pada tahun 2010 sejak pertama digagas tahun 1998, dan karena sesuatu hal, proyek ini mempercayakan tempo musiknya kepada Drum Machine. seperti pada konseptualnya di Soulsick, Archsatyr masih setia mempertahankan warna khas Nusantara dengan banyak mengangkat mitologi tradisi dan etnis asli Jawa pada setiap sentuhan kuat harmonisasi dalam warna Black Metal. bukannya membandingkan, jika menurut Gw pribadi komposisi materi NP ini masih begitu mengingatkan dengan 2 materi awal Soulsick " Kesunyian Kegelapan dan Keabadian " dan " Titisan Embun Pagi ", sedikit membedakannya mungkin NP memiliki ketukan drum yang cepat dan berat. selain warna Etnis Javanesse yang kuat, NP juga memadukan gaya bermain fenomenal Dimmu Borgir, Limbonic Art, Emperor hingga Graveworm jadi kekuatan megah persis era kejayaan Kerajaan Mataram kuno. seperti masih membawa nuansa awal 2000 an, karakteristik sound begitu mewakili era tersebut meski direkam tahun 2010. Karena ini adalah black metal, dan secara umum, pada tahun 2010 mungkin kualitasnya dah serba clean, ... karena juga biasanya black metal hanya terdengar seperti direkam di penjara. Ini mungkin masih terdengar " Raw ", tetapi memang memiliki karakter " teredam " ... tetapi " bersih " meredam ... jika itu masuk akal bagi siapa pun? lalu Harmoni dalam synths penggunaan keyboard mungkin adalah fitur terbaik konsep seperti ini. Karena jika mereka tidak menambahkannya ke dalam warna komposisinya, raw sound akan bakal lebih hambar daripada yang sudah ada. Itu memberikan perasaan mendalam yang hanya bisa kalian dapatkan dari keyboardist yang menambal beberapa part dengan cukup baik. The riffs of the guitars are quiet in the background, weren't recorded at a high volume. So, the guitars are even worse because of that. But from a certain standpoint, the guitars are played in the higher pitch. As how a traditional black metal band would have done it back then. But the guitars could have been raised a few notches at least...like, come on...maybe this album would have did better if it was better produced? Hell, even the bass sounds louder than the guitars. You can hear it climbing over the guitars with utter-ease. The drums sound like they've been recorded from a half a mile away. Really far away and almost unnoticeable. This whole record should have had its stems redone from scratch and put back together nicely, because it has a really weak, general atmosphere. daripada kalian makin penasaran, langsung aja Gw Kulik materi rilis ulang oleh Edelweiss Production & Records sejak pertama dirilis tahun 2010 secara Independen ini.

Permulaan sangat Epik dan menghentak ini memang bukan tanpa kesengajaan, inilah komposisi wajah baru seorang Hestu/Archsatyr yang mengeksplor lagi Obsesi terpendamnya selama ini. perpaduan Macapat dari Bapak Yusuf Adi dengan Harmonic Black Metal ala Dimmu Borgir atau Graveworm memang sangat menarik apalagi pada eranya 2000 an, konsep seperti ini begitu menarik perhatian meski pada hari ini hanya menjadi bagian paling Memorial. sentuhan blocking keyboard yang menguasai hampir seluruh komposisi adalah salah satu sihir kemegahannya diantara distorsi kasar yang hampir menenggelamkan keutuhan harmonisasi mendasar, sehingga diluar part Thrashy, kita cuman akan mendengar kekuatan distortif. Machine drumming is more fast and heavy well varied as opposed to the typical blastbeats that most other bands at the time were doing. The guitars are extremely harmonic (just the way I like it!) and both guitars have a harmony that mixes the parts together perfectly. You need both guitars to be able to capture the sound this material brings. You also need the keyboard to be able to capture the feeling that it brings. The combination of both guitars and the keyboard (being used when it needs to be used) make this album have a perfect blend of Melodic and Symphonic Black Metal. seperti juga dengan track ke-3 setelah instrumental intro " The Promises ", " Moonlight Bloody Swords " NP masih melakukan Konsepsional yang sama, dan disini Gw menangkap karakter Snare Drum-nya masih " kaku " banget, jadi bunyinya kurang ok menurut Gw. gaya vokal yang tetep terdengar penuh tekanan dan penderitaan menambah poin angker aransemen, meski terdengar agak tenggelam dari instrumen lainnya karena terlalu banyak menggunakan Effect. Meskipun kali ini Archsatyr mengambil banyak inspirasi, kemudian mentransfernya ke sesuatu yang lebih berbeda dari sentuhan karyanya, dan meskipun Gw masih melihat kemiripannya, sama sekali tidak terasa seperti copycat. Kombinasi synth dan gitar yang sangat terdistorsi menciptakan suasana yang angker dan epik, seperti getaran Lord of the Rings sangat kuat. dan Jika Gw meringkas Sound-nya hanya dalam satu kalimat sederhana, Break the Atmosphere ! masih menyajikan Instrumental Intro lagi di " The Masters ", NP lalu melanjutkan dengan " Wars Beside Dimension ", kali ini lebih ke tempo middle tanpa letupan intens, lebih mengajak ke Ritual Headbanging komposisi Instrumentalianya. Gw rasa track ini memainkan Sound yang lebih ramah dan lembut dalam karakteristik black metal, dengan riff yang melodius yang tidak membawa banyak agresi dan kehadiran keyboard yang dikenal berfungsi untuk mempermanis setiap track. Namun, meskipun ini menjadi materi yang dibangun di sekitar melodi gitar Catchy/mudah diingat, sebagian menurut Gw malah seperti mengaburkan warna riff yang disebutkan di atas oleh instrumen-instrumen di sekitarnya, tetapi sebagian besar tergantung pada mereka sendiri karena tidak dimainkan lebih jelas atau menawan. " Palagan Darah ", makin kesini soundingnya rada berbeda yak dengan Setlist awal yang rasanya lebih megah meski terdengar agak Raw, kali ini lebih terasa jinak distorsi-nya, tapi malah terlalu bersih sehingga jadi rada gimana gitu akhirnya kembali Gw dipaksa mengingat lagi 2 materi awal Soulsick. materi album ini lebih banyak menyajikan aransemen instrumental, seperti track selanjutnya " Under the Name of Jazirah Slayurs ", nuansa Javanesse yang sangat kental dikemas dengan cukup merdu dan bikin kepala kita hanya headbang tipis tipis saat menikmatinya. dan mata ini kembali dibuka secara paksa oleh " Mataram Legend Rises ", maksudnya dengan kualitas audio-nya yang " keras ", mungkin dikerjakan distudio berbeda sehingga terdengar jelas perbedaannya dan tiba-tiba kembali menurun lagi level audionya di " Lords of Nocturnal Warriors ", sangat disayangkan memang jika Balance level kurang begitu diperhitungkan, sehingga lumayan mengganggu klimaks kenikmatan di setlist akhir sebelum Outro " Ancient Movement " harus menuntaskan-nya.

Overall, Argumen utama untuk hampir keseluruhan album ini tampaknya berasal dari metafora dan estetika daripada segala jenis elemen musik yang bermakna. Lagu-lagu berkeliaran seperti seseorang yang hilang - tetapi segala jenis memori dan makna dari sebagian besar materi yang hilang hilang karena struktur misterius dari lagu-lagu-nya sendiri. meskipun demikian ini masih menjadi benang merah tak perpisahkan karir musikal seorang Archsatyr yang masih kuat memainkan sentuhan kental etnis Javanesse-nya. Produksi materinya sendiri bagi Gw mungkin terasa agak kabur tetapi juga terdengar mengerikan dan benar-benar bekerja melawan suasana hati dalam banyak kasus dengan gitar yang mudah dikaburkan dan perpaduan yang tidak tepat. Hampir tidak ada yang menghalangi tekstur musik yang terlalu jarang dan kurang digunakan serta riffing yang dilupakan atau nada gitar yang terlalu samar. hasil Mastering hingga balance level-nya agar mohon lebih dapat diperhatikan lagi dan juga pengemasan sounding Drum program yang seharusnya lebih dapat bereksplor tanpa batas dan tidak kaku serta membosankan, karena ini membuat pendengar merasa bingung dan tidak pasti tentang bagaimana materi album ini sebenarnya. Jelas bahwa banyak materi yang terdengar kurang bersemangat di sini bisa jadi lagu yang cukup solid seandainya itu ditulis oleh banyak musisi yang dipercaya saat mastermind merasa diam terpojok dan kehabisan ide. untuk kalian yang ingin menikmati kembali nuansa Epik khas tanah Jawa, debut " In The Battle " ini bisa menjadi rujukan. Undoubtedly, it’s one of the most representative albums of the genre.

* Songwriting: 7
* Originality: 7
* Memorability: 6
* Production: 6

CHECK MINI TEASER MADE By LICMEDIA



 

Posting Komentar

Tinggalkan komentar TERBAIK kalian disini, enjoy the sickness !

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!

banner-penipuan-lic

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!