Mortt - Transendensi CD-R Pro 2019

































Mortt - Transendensi
Deathwish Records CD-R Pro 2019

01 Senja Temaram 04:54    
02 Nostalgia di Ujung Malam 06:40    
03 Ku Sambut Pagi Terakhir 05:01    
04 I Am Nothing 04:10    
05 I Was Always Nothing 04:27    
06 Transendensi 04:48    
07 Last Story 06:49

Yudhie ov Nyfl - Everything

Atmospheric, Cold and Truly Depressing. sebagian besar orang tau, musik memang telah lama dipercaya mampu menghasilkan efek yang kuat terhadap suasana hati. pada saat kita merasa bahagia, bisa saja perasaan tersebut berubah sebaliknya, karena sebuah musik yang menyanyat jiwa. Bagi banyak orang, hal semacam ini bukan masalah besar. Namun, bagimana dengan cara mereka yang berjuang melawan depresi? Orang yang menderita depresi lebih memilih untuk mendengarkan musik sedih, bukan karena berusaha untuk mempertahankan perasaan negatif. Riset membuktikan, pilihan lagu semacam itu diambil, karena mereka merasa musik sedih lebih menenangkan, ketimbang musik yang membangkitkan semangat meski Hal ini masih bertentangan dengan gagasan banyak bahwa orang-orang yang merasa tertekan biasanya mempertahankan suasana hati mereka dengan musik sedih. sejak Kemunculan genre Depressive Suicidal Black Metal alias DSBM memang diawali oleh genre Black Metal pada akhir tahun 1990-an yang kemudian DSBM menjadi lebih populer secara internasional serta dikenal selama tahun 2000-an karena beberapa kontroversi. Dari kemunculan awalnya tadi, bisa kita dipahami kalo DSBM sendiri merupakan subgenre dari musik black metal yang lebih menaruh empasis pada unsur misantrophic, rasa sakit, keputusasaan, penderitaan, depresi dan tentu aja bunuh diri. walau sebenernya sih elemen misantrophic dan depressive ini udah ada dari lama dalam musik black metal. Cuma DSBM lebih memfokuskan tema-temanya ke subjek seperti ini karena DSBM mengkreasikan gaya musik mereka dengan menggabungkan kesuraman, kegelapan, bersama dengan tema tentang putus asa, bunuh diri secara agresif dan terkesan gelap banget. karena Gw ga lagi membahas Histori-nya, sekedar menggambarkan lebih sederhana aja kalo Genre ini mulai banyak bermunculan di Scene tanah air dan ntah dari mana dimulainya.

hari ini Gw pengen menulis salah satu materi One Man DSBM asal Jombang, Jawa Timur, MORTT ... debut full album perdana " Transendensi " tahun 2017 dirilis oleh Cvlminis kemudian oleh Depressive Illusions Records dan pada tahun 2019 Deathwish Records kembali merilis ulang. DBSM yang mengingatkan Gw dengan kesedihan ala Thy Light, Nocturnal Depression, Abyssic Hate, Silencer atau ColdWorld. Gitar dan piano di album ini berjalan beriringan dalam menciptakan suasana keputusasaan dan pembusukan, berkat bagian akustik yang mencekam dan melodi piano yang panjang menyebabkan pendengar merenungkan sebuah usaha pembebasan diri. sebagai penulis yang masih belum bisa menikmati sepenuhnya Genre ini, Gw cuman bisa mengatakan jika Komposisi lagu Mortt secara umum sekali lagi menunjukkan estetika yang serba depresif. Mortt telah mencoba berbagai hal dengan memasukkan jeda clean guitar dan keyboard, bagian gitar pseudo-klasik dan vokal ambient yang menampilkan keputusasaan paling hakiki. Bagian synth sederhana seperti karikatur dengan suara guntur yang menyertainya mungkin menandai karakteristik DBSM hanya memiliki integritas dalam potensinya, Gw juga merasa khawatir itu tidak dihitung hanya terdengar tidak bernyawa dan terlalu membosankan, karena sebagai penikmat awam, butuh penjiwaan tersendiri agar bisa menikmati setiap gambaran kesedihan Mortt dalam 7 lagu berdurasi total hampir 37 menitan. konsep aransemen yang serba Depresif  berulang, dan melodik telah menjadi brand imej kebanyakan band DSBM. Gaya musik ini sangat menawan dan indah ketika datang lebih minimalis. Suasana selalu lebih penting daripada masalah teknis di sini, dan album ini menampilkannya dengan pembawaan cukup baik. atmosfir lagu yang dingin dan berulang yang membuat pendengar bisa menjadi kesurupan dalam kesedihan dan kesengsaraan yang gelap, dan itulah tujuan dari musik ini. Gw rasa mungkin Mortt memiliki empat riff sepanjang runtime lagunya, tapi itu salah satu karakteristik berbeda di album ini menurut Gw memasuki track ke 3 dan seterusnya karena Gw denger kualitas soundnya ya memang berbeda. the images are metaphors or descriptive symbols, and what they communicate is primarily emotional instead of being the telling of a story or the spreading of one distinct message. Rather, what we have here are isolated segments of deep pain, personal suffering, bled out in a recording studio...and the lyrics are the attempt on the part of the musician to bleed out on paper, using evocative language, what he couldn't exactly refer to or evoke using abstract music. In other words, depending on what you want to take away from this album and how squeamish you are when it comes to feeling empathy for an artist, these songs will either manifest themselves as personal snapshots of extreme emotional states, or generalized dark narratives that seek to speak in a language of distress, appealing to you because you may or may not have experienced similar moments. gaya bernyanyinya sendiri menurut Gw sih memang bukan sedang bernyanyi tapi seperti orang yang sedang merintih kesakitan didalam badai depresinya. DSBM secara efektif mengekspresikan depresi dan isolasi, tidak pernah mengisyaratkan antusiasme yang sepenuhnya asing bagi perasaan seperti itu. pengulangan Monoton menggambarkan kualitas statis dari penghilangan dalam dan kekecewaan terhadap kehidupan yang merupakan tema utama musik ini. musik Tidak banyak memiliki warna dan kurangnya dekorasi artistik selain dari apa yang diperlukan secara efektif mewakili keputusasaan yang mengisi hari-hari kosong dan tidak berguna yang melaluinya individu melayang dalam kehidupan yang lumpuh, seperti kehampaan. Riff dan melodi tidak pernah marah atau jahat, tetapi selalu reflektif, melankolis, meskipun tidak pernah cukup rileks untuk menimbulkan perasaan tenang atau puas dengan kondisi yang digambarkan. dan Momen paling berpengaruh dari materi ini tiba dalam harmoni guitar yang sangat menyedihkan selama titik tengah yang bersama dengan rintih vokal rendah. dengan jelas dan indah mengekspresikan maksud sebenarnya dari ekspresi lagu. Namun, karena musik adalah representasi yang begitu meyakinkan dari tema-tema lirik, Mortt juga seperti harus menderita dari khayalan-nya dan kurangnya wawasan universal tentang penderitaan tidak hanya satu individu, tetapi penderitaan eksistensi universal. Mortt tidak pernah mengidentifikasi resolusi karena penciptanya tidak memiliki jawaban selain menderita dengan sebuah kekalahan.

DSBM minimalis yang memicu trance dari gaya awal Burzum dan pengulangan monokromatik dari Katatonia adalah pengaruh yang jelas, hasil akhirnya kita seperti sedang mengingat apa yang dimainkan oleh Thy Light, Nocturnal Depression, Abyssic Hate, Silencer atau ColdWorld, walaupun disatukan dan efektif, dan belum mencapai kualitas terbaiknya, karena tidak banyak memiliki aspek transendental dan wawasan konseptual perseptif. Jadi signifikansi keseluruhannya terbatas pada estetika sebagai penggambaran yang tepat dari tema-tema yang diberikan, walau akhirnya harus berhenti di sana, karena tidak ada yang dapat dikatakan tentang yang universal, hanya yang khusus. Gambar Hitam putih pada cover album seperti halnya kesederhanaan produksi, yang memberikan gitar suara dan nada yang berkarat namun fasih, membentuk titik fokus musik, dengan drum dan vokal rendah dalam campuran. keseluruhan materi ambient yang gelap, menghantui dan klaustrofobik tersusun tidak mengecewakan bagi fans DSBM stuff. ... and I end up with a weirdly conventional take on what unhappiness sounds like, clothed behind a thick film of Filosofem static and presented in somewhat dull, ten-minute songs. It has something to do with the style of melody, I think, and something to do with the fact that my ears can't pick up any really inspired flow to the songs - they sound like riff slideshows. Repetitive ones. Depression with mournful riffs that any dark metal band could be proud of with neither immediate accessibility nor outstanding artistry on it's side, this album would appear to lack a clear point of interest. this album which made a band a true symbol of depressive art. Kill yorself ...

* Songwriting: 6
* Originality: 6
* Memorability: 6
* Production: 6


Check Mini Teaser Made by LICMEDIA



Posting Komentar

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!

banner-penipuan-lic

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!