Alligator - Penerus Bangsat Bangsa
Self Released EP 2017
01 Reuni di Neraka
02 Stadium 666
03 Imunisasi Thrash Sejak Dini
04 Penerus Bangsat Bangsa (Demo 2014)
Dhano - Vocals/Guitar
Wimas - Guitar
Diptya - Bass
Aldira - Drums
Memang sempat luput dari catatan, jika selama ini Gw belum pernah menulis stuff dari scene metal di Kabupaten Ponorogo yang paling terkenal dengan Kesenian Reog-nya sekaligus jadi Motto Ponorogo sendiri sebagai " Resik Endah Omber Girang Gemirang (R.E.O.G) ". sejauh ini Movemet extreme musik cadas sudah sangat merata di tanah air. saat ini Stuff pertama yang Gw tulis dari Kota Reog ini, ALLIGATOR ! terbentuk tahun 2012 sebagai band dengan genre Metalcore dengan nama awal sebagai Alligator Upstream hingga pada 2014, mereka menemukan soul-nya untuk menggeber Genre Thrash Metal ala Slayer, Megadeth dengan rasa Pantera yang hal ini mereka kenalkan sendiri lewat debut Demo 2014. komposisi yang Agresif serta Distorsi menyerang hebat telah membukakan Attitude mereka konsis di jalur ini. It's tough to pick an absolute favorite out of the mix as the songs do tend to sound similar, whereas picking out the occasional fit of somewhat overdone style ditty work can eliminate one or two from the running. setelah bergonta ganti posisi, akhirnya formasi paling enak menuju penggarapan serius karyanya, Alligator diperkuat oleh Dhano, Wimas, Diptya dan Aldira menuju Senopati Recording dengan menggandeng Enjiner Robby, well, jika materi Demo 2014 Alligator memang lebih tampil Agresif, Distortif dan Raw, akan terasa berbeda jika kalian mendengarkan 3 lagu barunya yang coba lebih mundur dalam Thrash Metal memorable 80-an, yupz, seperti coba Gw kembali mendengarkan debut-debut klasik dari Tankard, Metallica, Nuclear Assault, Forbidden, Destruction, Vio-lence hingga Hive Bay Area Thrasher. sebuah keputusan tepat menggantikan persepsi yang masih terus terjadi discene kita, jika semuanya " harus seragam " hahahaha ..., Artinya Band A ngetop, jadi semua Band harus mengikutinya jika ingin diakui. persepsi menyesatkan seperti ini harus segera ditepis, karena memainkan musik harus tersampaikan dengan jujur, bukan sekedar ikut ikutan aja, well inilah Alligator, potensi Underatted yang siap mengoyak telinga mainstream sekaligus membukakan cakrawala mata, jika musik itu bebas dan luas. Challenge starts off ominously before turning into a Thrashing rage with more tight riff work, Thrashing tempos and those trademark Tankard choruses that make for another refreshing thrash song, and even its extended running time allows for some impressive change-ups and expanded soloing to be thrown into the mix. Thrash or be Trashed !!!
This is rectified with one of the band’s most endearing classics, sejenak prepare dulu kita untuk bersiap diajak flashback konsep ketika Thrash Metal masih menjadi musik minor pemberontak di era 80-an. yang Alligator miliki disini adalah Simply riff yang dikocok cepat dapat ditemukan di hampir semua album thrash lain di masa 80-an, seperti kita mendengarkan stuff klasik dari Metallica, Slayer, Exodus dan bahkan band seperti Venom. Komposisinya tidak terlalu teknis, namun cenderung Catchy dan easy listening plus permainan Solo gitar yang dieksekusi dengan cukup baik meski Alligator sendiri tidak terlalu meninggalkan kesan megah, namun cukup memberikan sajian terbaik bagi all Thrasher. Standard speed metal solos that have little to no memorability. Gw mulai dengan lagu pertama " Reuni di Neraka ", partisi Part Intro epic serta Memorable jadi Opening tepat saat bibir panggung sudah siaga penuh akan pecahnya Moshpit Crowd. meski boleh Gw bilang masih terlalu sulit bagi mereka mengusung kembali karakteristik sounding era 80-an, Alligator cukup menebusnya dengan Fill-fill klasik punya, seperti permainan Agresif Riffing yang Rock n roll punya terkadang cukup bikin kita Goyang selain ritual headbang. style vocal yang masih clean, sepertinya lumayan mewakili Attitude mereka menggeber nuansa khas 80-an lengkap dengan lirik sederhana sebagai Eksplanasi nyata saat jiwa mereka harus memberontak. another barn burning splatter of dirty gutter thrust, the guitars creating an acrobatic funhouse pattern and the chorus is totally fucking punk. beberapa Catchy Rythem-nya memang familiar dengan " Ride the Lighting " nya Metallica yang sesekali meliar seperti era " Kill ' Em All ". track ke-2 " Stadium 666 " meski tidak terus memprovokasi mengucurnya peluh keringat, track ini lebih melakukan Demonstrasi simply Headbanging ritual. More of the same riffs and up tempo part can be found on the relentless and punkish " Stadium 666 ". The refrain made by chorus is Recognizable and very catchy if not that great. Riff sound-nya emang tebal dan Berat yang beberapa kali menggeber penuh dengan komposisi atraktif. sedikit ungkapan yang ada benarnya jika menyebut titel track ke-3 " Imunisasi Thrash Sejak Dini ", jika darah Thrash Metal sudah menyatu dan mengalir dalam darah, itu membuktikan jika bakteri positif imunisasi telah bekerja, sambutan Rock N Roll Riffing lumayan menghias intens beberapa Lick dan Bar aransemen, belum lagi Back. Vocal memprovokasi Sing a long Anthemic, bisa jadi nih track paling wajib harus mereka mainkan selalu di stage. Uncompromisingly fast and relentless and funny and with " Imunisasi Thrash Sejak Dini " the rock n roll riff influences are present on the first riffs to continue with the classic up tempo parts and the more direct riffs that once again suffer from the impossibility to standout. debut EP pertama yang memuat 4 lagu pembakar mood harus diselesaikan oleh " Penerus Bangsat Bangsa " dari materi Demo 2014. karena memang memiliki kualitas sound yang berbeda, lagu ini penampilannya tetap agresif dan meledak seiring emosional mereka harus terpanggang api ketidakpuasan sebagai refleksi yang sedang dan lama terjadi di Negeri ini. karakteristik vokalnya juga lebih Harsh-nya Tom Araya Slayer di materi " Show No Mercy ". mengikuti typical yang sudah Alligator lama rencanakan, meskipun setelah beberapa Lick dan bar terdengar datar. What you'll hear in this song is a very simple garage metal. What this means is you'll hear a lot of very simple power chord riffs played at Ridiculously fast tempos with fast bass and Harsh vocals Assault.
If you like thrash, you might want to pick this one up. But be warned, this EP is Still Classic from 80 era if compared to " Peace Sells ", "Reign in Blood ", " or " Master of Puppets ", that came out in the same year. If you're looking for a thrash album like "Time Does Not Heal " or " Victims or Deception ", you won't find it here. meski dari segi Sound bagi Alligator menjadi terlalu sulit menemukan karakteristiknya dengan teknologi piranti hari ini, sedikit banyak, Alligator cukup berhasil menyuguhkan fill permainan dari 80-an banget. aransemen musikalnya tergolong rapi meski beberapa kali Gw masih mendengar penggabungan hasil comot sana sini via Improve, semoga ini dapat menjadi Batu loncatan awal keseriusan Band teruji lewat Eksistensi, well bakal tetap Gw tunggu kejutan mereka suatu hari nanti dengan sajian Thrash Metal yang lebih menendang pantat. Then throw in some very average-ish thrash riffs. The above-mentioned chorus has a decent riff between repetitions, but then you have your average under-verses and other glue riffs, and they pretty much sound exactly the same. You thought " Reign in Blood " was repetitive, and all the songs blurred together? Try this EP. There really is no differentiating most of the songs here. THRASH OR BE THRASHED !!!
CHECK MINI TEASER MADE By LICMEDIA