Kill Suffer - Verses of Death ' Kaset 2022

Kill Suffer - Verses of Death
Maxima Music Pro ' Kaset 2022
https://www.maximamusicpro.com
https://www.facebook.com/killsuffer
https://www.instagram.com/killsuffer_official/
https://twitter.com/killsuffer
https://soundcloud.com/killsuffer

01. Slam for Bleeding Head (Intro) 02:36
02. Autopsy 02:58
03. Induk Pembunuh Benih (Aborsi) 02:56
04. Cakram Liang Laknat 03:06
05. Purbasangka Gerbang Sumatera 03:31
06. Penetrasi Paksa 02:16
07. Diatur Untuk Membunuh 04:47
08. Penentang Tuhan 03:47
09. Nyaghik Betong 03:09


Muhammad Bagus Kurniawan - Vocals
Lutfi Alfian - Guitars
Madya Ramadhani - Drums


Mendapat julukan sebagai " Sydney van Andalas ", Kabupaten Lampung Selatan dengan Pelabuhan Bakauheni yang merupakan pintu gerbang Pulau Sumatra bagian Selatan ternyata memiliki talented BDM, Kill Suffer ! yang dimulai dengan terbentuk-nya band ber-genre pop punk/post-hardcore, Greenhorn, yang kemudian memutuskan untuk banting haluan lebih extreme sebagai bentuk kedewasaan dan eksistensi tanpa batas tahun 2014, en secara resmi tahun 2015 resmi mengganti nama band sesuai wangsit jatidiri yang mereka cari selama ini dengan menjelma KILL SUFFER !! tahun 2017 menjadi kiprah perdana mereka dengan melempar promo/demo " Gerbang Sumatera " via Mixerius Production, disusul kemudian beberapa partisipasi-nya di beberapa album kompilasi seperti " Metal Force Society #2 " The Sounds of Broken Head " (Depression Record), Bandung Brutality Chapter 1 (Stockers Record), Metalhead Indonesia " Kompilasi Indonesia Extreme Metal " (Edelweiss Production / Garasi Hitam Art Production) serta Sumatera Madness : Vol 001 (Eyewitness Records) cukuplah menjadi modal eksistensi-nya mempersembahkan debut full album perdana via Maxima Music Pro menjadi Peng-Handle Agresi barbar full dari Sydney van Andalas. mengusung karakter Brutal Death Metal Intens yang kental memasukkan elemen slam groovy dibeberapa struktur aransemen-nya masih dari stereotype band-band pengusung lainnya yang menaruh nama para Senior  NYDM in the vein Suffocation, Pyrexia hingga Internal Bleeding sebagai basic musikal-nya. layaknya kita menggeser kembali memori awal meledak-nya booming BDM discene tanah air, konseptual Kill Suffer masih menyuguhkan warna awal dari semua pencapaian sebuah band, sehingga menurut w belum mempersembahkan kejutan berarti, namun w tetep syalut atas eksistensi-nya untuk menambah terus peta movement DM Indonesia masih yang terpesat dan terbesar di Asia khusus-nya.

Landskap aransemen-nya mudah terbaca sebagai salah satu manifestasi klinis dari tema sadis yang mereka ekspresikan dalam circular clusters Riffing, setiap lintasan kumulatif menambahkan resolusi baru ke rantai phrasal riff, sehingga struktur lagu-nya menjadi seperti straight melalui augmentasi siklik dari tema dasar, yang setiap bar dimulai dengan string dari strum bergantian dan rekursif offbeat sebagai sebuah piramida interaksi menyerupai kodefikasi elemen terkecil yang kemudian meneruskan kesimpulan mereka ke susunan karakteristik BDM dengan sentuhan manis Slam Groovy style. hal ini memang terpampang lumayan jelas sejak menggeber track ritual wajib instrumental intro " Slam for Bleeding Head " (nice Sumatra traditional instrument for opening part) yang kemudian dipertegas lagi dengan " Autopsy ", kerangka partisi yang rupanya masih sulit melepas dari tradisi kuat yang menjadi karakter style legenda sekelas Suffocation. konsep musikal dinamis tentu kemudian masih seperti ungkapan resmi performance band, Drum eksplosif dengan style yang mem-variasikan setiap ketukan dan ledakan yang mencakup segmen setiap bar sesuai dengan meta-ritme yang diterapkan pada beberapa style yang membangun ketegangan ritmis yang erat dan tepat untuk melepaskan ke frasa brutalitas yang Kill Suffer pilih secara elegan untuk secara bersamaan downtune riffing secara tune dan estetika-nya. This is " hard n heavy " music for the sake of being that way. No real initiative to keep things in check. A loose cannon, that runs out of initiative and ideas after the first few songs. Basically, I've heard it all before and better. Permainan drummer Madya Ramadhani dan Gitaris Lutfi Alfian memang motor penggerak utama band, sisa-nya tinggal vocalis Muhammad Bagus Kurniawan yang melakukan eksekusi lewat low growling-nya, eh kalo w denger, sekilas progres musikal-nya lebih mengingatkan w banget dengan materi " Void "-nya Reincarnation (Spanyol), yeah.. The sound in this material is nice strong and heavy, overwhelming as a hammer in your head. The guitar sound is heavy as fuck, more clearer, what gives all material a higher quality sound without losing brutality. The mixing and the volume of every instrument is perfect and it helps to distinguish and enjoy them individually, yups, demi menyajikan sounding yang mereka impikan, Kill Suffer harus rela terbang menuju Bekasi ke Apache Studio. penulisan lagu-nya seperti sambung menyambung dalam 1 tema seperti serial pembunuhan yang saling berhubungan layaknya, " Induk Pembunuh Benih (Aborsi) " masih mencirikan kekuatan DM Standar yang bawaanya boleh dibilang dinamis meski masih mudah terbaca progres musikal-nya. selain seperti mendengarkan kembali " Void " nya Reincarnation, aroma " Voracious Contempt " ato " The Extinction of Benevolence " nya Internal Bleeding juga kerap w tangkap esensi-nya. The addition of more breakdowns and slams arguably reinforces that, but the music in general sounds far from intelligent, even during the faster and somewhat dynamic parts. begitu juga dengan " Cakram Liang Laknat " dan " Purbasangka Gerbang Sumatera ", ledakan Kill Suffer masih menyajikan breakdown manis untuk kita stay headbang ! meski rasanya w beberapa kali menangkap argumen pribadi jika Penulisan lagu-nya bisa dibilang menguras ide menarik, hingg asumsi w jika Kill Suffer harus beberapa kali seperti kehabisan ide di tengah jalan karena banyak part lagu terdengar " mirip " serta beberapa breakdown sepenuhnya melakukan pengulangan. Riffing serta gaya komposisi mereka lebih ramping dan to the point. Ada yang lebih banyak penekanan pada tekstur yang bervariasi dari ketukan yang bergeser pada riff yang sama, dan juga pergeseran tempo yang selalu memuaskan audiens dengan ritual headbang. " Penetrasi Paksa ", masih menjadi Salah satu hal besar yang mencegah ini menjadi Part BDM Standar namun terasa menyenangkan adalah produksinya. kayak memiliki produksi studio tingkat menengah ke bawah dari banyak grup DM dari era pertengahan 90-an, dengan sound drumming yang nyaring, vokal yang terdengar agresif dengan pattern lirik yang terbaca koherensif. A common flaw with BDM is the fact that after the listener realizes that all it really is is 7 or 8 slam riffs and breakdowns in between random blasts of coherant grinding, it starts to get unboring to the Audience. Btw, karakteristing Slamming BDM yang tertangkap oleh Slammy Fans to day mungkin adalah track " Diatur Untuk Membunuh " dan " Penentang Tuhan ", meski pada part awal 2 album awal Internal Bleeding masih jadi suguhan spesial dari Kill Suffer yang w rasa engga terlalu menggebu-gebu harus tampil barbar dengan dominasi blastbeat yang rapat dan cepat, Kill Suffer menurut w lebih mengajak gairah headbang kita ga akan pernah padam hingga pada setlist pamungkas. mungkin sejauh ini Opini w pribadi, jika menyebut Slamming BDM tentu nama-nama familiar seperti Devourment, Abominable Putridity, Cephalotripsy ato sebangsa-nya, tapi jika w menyebutkan Konseptual utama Kill Suffer menurut w adalah Kiprah-kiprah awal legenda NYDM seperti Suffocation, Pyrexia dan Internal Bleeding sebagai gambaran tepat untuk menggambarkan musikalitas Kill Suffer di materi album ini. dan sebagai Closing track, " Nyaghik Betong ", menjadi awal dan akhir yang Signifikan karena masih menyajikan ornamen yang saling memiliki kekuatan barbar untuk menghajar tanpa ampun. So, with that said, how could this album possibly deserve a 95 percent? Well, because it's executed so well! The music is simple and brutal, but avoids repeating the same palm muted power chord pattern so often, and, while the guitar riffs still presented cool style, it becomes instantly obvious that that's what they were going for!

And fucking Overall, " Verses of Death " was pretty weak; this is somewhat beastbang. It's midpaced, downtuned, and borderline coherent DM Tyrants ! pemahaman ritmik keseluruhan dari setiap lagu di album ini, saat riff menyatu satu sama lain dan muncul kembali, menempa aliran energi menyegarkan yang terus bertabrakan dan menghasilkan kemenangan satu sama lain dalam mendorong ketukan ledakan memprovokasi bergolak-nya moshpit Circle komplit dengan ritual paling signifikan-nya dengan Headbang ! meski masih menurut w, esensi material-nya beberapa kali mengalami pengurangan, Kill Suffer menurut w lumayan mengobati kerinduan tersendiri bagi pengagum materi-materi awal Suffocation, Internal Bleeding dan Pyrexia. pembawaan yang ga begitu meledak-ledak liar, konstipasi BDM-nya cukup bikin penikmat-nya terhipnotis merapat di bibir stage. Produksi sound yang clear and heavy adalah poin lebih Album ini layak kalian masukkan dalam rak koleksi DM segera. The best advancement, though, is in the riffing: there's some genuinely threatening and memorable riffs on display throughout the album as opposed to the mostly ones of the last material. It's overly straightforward and relatively heavy as fuck creative !

* Songwriting: 8
* Originality: 8
* Memorability: 8
* Production: 8


Posting Komentar

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!

banner-penipuan-lic

Pasang Iklan Kalian disini, Kontak Whatsapp di 085667616670 \\ SELAIN NOMOR INI, AWAS PENIPU !!!