Genocide - Resurrection
Waar Productions CD 2016
01 Limbus Patrum 03:50
02 The God Delusion 02:51
03 Hate 05:20
04 Genocide Conception 04:54
05 Alice 04:24
06 A Song of Fire 06:05
07 Lamia Misconception 04:01
08 Arclight 03:26
09 6 Second to Hate 00:58
10 Imaginary Friend 03:57
Agustinus Widi - Vocals
Andis Feranda - Guitars
Ignatius Arvi - Drums
It's Almost Comparable to the Youthful Abundance of Energy Slowly and Brutally being Annihilated by that Annoyingly Dominating known as Biological Aging. and this is a Manifestation of the Violent Experience Justifies their status as Modern Frantic Grindcore. WE CALLED THIS SHIT GRINDCORE REBEL !!! menyambung kembali rasa penasaran dengan full materi yang paling mereka juga Gw nantikan, momen paling dramatis harus segera dibayarkan oleh Trio kreatif serta Powerfully asal Jogjakarta, GENOCIDE mengekplorasi total dalam full album penuh perdana-nya. Pengaruh kronikal perpaduan sentimentil antara warna kompleks Misery Index, Suicide Silence, Pig Destroyer, Agoraphobic Nosebleed, Synthesizer gelap in the Vein Old Cradle Of Filth dengan Raungan Menyayat Anal Cunt masih Genocide sajikan sebagai Mimpi paling buruk fans, ketika sebuah Genre musik makin berani mendobrak batasan membelenggu kreatifitas, dan inilah sebuah Eksistensi terbaik yang mereka susun sejak 2011 silam. menawarkan sesuatu yang " Horrific "pada konsepnya saat ini, dan siap mengernyitkan dahi metalhead ketika menikmati apa yang Genocide Sajikan. The Syncopation used in these Breakdowns is not meant for Mallcore Posers, because they wouldn't be able to understand them at all. They would just be very Confused about the Polyrhythmic structure. dan bagi Gw, akan sangat Prematur apabila men-Judge Konseptual yang mereka usung sesuai dengan kebanyakan orang juga akan Meng-klaim sebagai Grindcore ... mungkin setelah mendengar materi ini, statemen tersebut akan buru-buru segera kalian revisi. ini adalah manufer berkembang-nya sebuah warna Genre Cadas nan Kompleks, banyak sekali sentuhan variatif mampu memberi nuansa baru, mungkin Gw atau Genocide bakalan panjang membahas sebuah genre, bagi Genocide yang terpenting adalah sebuah Kreatifitas ! Seperti mengingat kembali ketika progres Musikal mulai mengusik kebebasan penuh Ekspresi dan mencoba lepas dari pakem baku-nya, saat penyekat tidak menjadi masalah serius para musisi lebih eksploratif menuangkan Ide baru, namun masih enjoy mempertahankan persepsi konseptual meski esensi-nya masih mereka serahkan kepada penikmatnya. setelah melewati fase yang juga dramatis seperti keterlambatan penyelesaian materi Album " Resurrection " meski Genocide sudah lebih duluan menghelat pesta liar Launching Album. mendengarkan lebih detil konsep yang mereka usung memang kompleksitas pertemuan Mood musisi dengan Karakter skill yang serba diperhitugkan. Creeping into the Modern world, Teenage Angst that happens to play some, Albeit generic, Very Fast music. well, menyambung penasaran belum puas setelah mendengar 3 lagu Promo terbatas Band sebelumnya, inilah timing membunuh yang Gw nantikan sudah sejak awal. Keep turned all the riffs into Noisy Tremolofests instead of the Rhythmically and Melodically Unique ones from before and just filled any Empty Space with Blastbeats !!!
Ga usah terburu-buru untuk mencapai Klimaks jika sajian musikal cadas akan langsung memanjakan telinga kita. karena Genocide sengaja meletakkan Track Epic bernuansa Akustik " Limbus Patrum ", a Haunting Acoustic intro that gives way to Pounding bit Classical touch with a mid-paced Thrust that comes off like a more Crisp. memberi suasana lebih meneduhkan dengan petikan terapi nada yang extra menenangkan tentunya hingga menit ke 03:50. ketika kerja otak telah sesuai dengan fungsi-nya dan ready akibat terapi ini, mungkin " The God Delusion " sudah tepat memulai kekacauan Masif Genocide lewat nada kromatis menggerinda. Perpaduan Idealis Musikal Style yang kompleks ketika setiap member-nya ingin lebih bereksplorasi lewat skill. didukung dengan Konsep yang matang, sound yang Ajib dan Performa Powerfully. memberi sentuhan warna Kompleks diantara Death Metal dengan Grindcore yang kemudian berkembang lagi sentuhan powerfully genre lainnya mulai menunjukkan kekuatan band lebih terdengar menyakinkan lagi. The riffage of these song is also more complex and rhythmic, meaning they actually are Engaging meet Growl Scream Insane and Energetic Demented Drum duties. dan memang sekilas kita tidak sedang mendengarkan Konseptual sebuah Grindstuff, lebih merasakan Moody Brutal Death Metal rasanya saat ketukan part awal mulai meledak secara emosional, tapi lagi-lagi Gw ga akan membahas style konkrit Band selain pengemasan warna musik teatrikal barbar dengan tempo yang cepat, Berisik, Kompleks, Multiple Vokal Ngeri, dan sound yang menendang ! Vocalis Widi seperti membuat dominasi karakter Musik dengan Twin Vokill terkontrol sesuai pada Pattern-nya. lalu " Hate ", dimulai dengan Intro selama 53 detik'an setelah itu, Intensitas Grinding beat seketika melenyapkan elemen epic-nya. serangan Drum yang cepat dengan Distorsi Pummeling Riffing seperti Instrumen kemarahan manusia ketika telah dikuasai oleh Mayoritas. Hadirnya Multiple Vokal dari Emosional Growl, High Pitch hingga scrathy adalah Poin Penting Genocide lebih maksimal dengan Esensi karakter, dapat dipastikan ini adalah Racikan irama Berisik tanpa menghilangkan Harmonisasi sebuah Partitur nada kultusnya. made them Unique in past releases seem toned down or modified with The attempt seems to be making a more "Conventional" material Inside. Komposisinya sendiri memang asli jauh dari Kesan Monoton en ga terduga banget, secara lebih kompleks dengan Sentuhan Berani tampil beda dalam menyajikan warna yang siap mengundang decak kagum. this Track has moments where it resembles a Grind-influenced Metalcore Type. selain menyiksa dengan Part yang Bengis, Namun balutan warna Gelap dan Melodis lewat petikan akustik gitar pada Bagian akhir lagu, kayaknya elo mesti coba deh Tampil beda-nya Genocide ketika Paradigma Grinding core standard harus mereka libas ! masih membahas 3 track pertama persis seperti promo sebelumnya, " Genocide Conception " bener-bener dasyat memberikan karisma grindingnya. mendengarkan lebih detil konsep yang mereka usung memang sebuah kompleksitas pertemuan Mood musisi dengan Karakter skill yang ga asal-asalan. Creeping into the Modern world, Teenage Angst that happens to play some, Albeit generic, Very Fast music. denger seksama rajutan solo Melodius atmospherik lebih menghitamkan komposisi part ditambah dengan sentuhan elemen Violin & cello dari Kharisma Setyawan & Fais Al-Kautsar-nya Conduct by Kidjing. kadang ga terasa banget sih ketika asyik menikmati sekali lick demi lick-nya, sihir musikal yang pantas diperhitungkan sekali. melanjutkan terus agresi menantang berikutnya " Alice ", memberikan Kesan Depresif lagi pada Harmonisasi setelah dimulai dengan permainan Cello Shabrinavasthi-nya Conduct by Kidjing. Komposisi yang pada beberapa part akan mengingatkan sentuhan Metallic Hardcore hingga Symphonic Death Metal akan mengukuhkan aroma gelap mencekam. The fastbeats and swirling tremolos create an atmosphere of grim depression and fear. ni track akan menggiring dalam suasana berbeda dari 4 track sebelumnya, terdengar dengan beberapa Lick serta Bar Unik dengan Modern Style makin memberi Kesan Kompleks dan Eksperimental banget. mencurahkan terus segenap ide Eksperimen lagi pada " A Song of Fire ", Genocide semakin membawa kita tetap dalam suasana Ironis saat menikmati Part demi part. Harmonisasi Riffing Andis Feranda rasanya bakal terus mengajak Imajinasi kita pada era Old School-nya Sepultura ("Bestial Devastation " & " Morbid Vision "), sehingga sebenarnya memang menginjak Middle Setlist track " Resurrection ", kesan warna Grindcore akan semakin terabaikan, karena disini Genocide mengeksplorasikan lebih banyak obsesi dalam bentuk lain. mendengarkan Karakter dominasi Scream Insane Widi disini mengingatkan pula dengan mendiang Almarhum Mitch Lucker-nya Suicide Silence, which range from low Death Metal Growls to Freakishly high black metal shrieks to Brutal ! secara emosional " A Song of Fire " terdengar menguras emosional Genocide hingga menit ke-6. merindukan ketukan snare Hyperblaster? tenang, " Lamia Misconception ", Genocide melayangkan siksaan tempo hebat nan gelap lewat racikan Dark Pummeling roll'on Riffin-nya. Track yang memiliki Sound " Berbeda " sendiri dengan Track lainnya memang sanggup memberi ledakan semangat baru ketika kita terperangkap dalam Desperatisme. Atmosphere and Melody are also played with for the sake of Variety, emotion, and catch whether it be the Melodeath-ish battle charge Precludes a Heavily Mosh/Breakdown-based Palm-mute Panorama by any means, but how those Sequences are often balanced Against other to create something I want to listen to Repeatedly ! meledak dramatis selanjutnya adalah " Arclight " ketika kembali menenggelamkan kita dalam Distorsi gelap mencekam, beberapa Breakdown part-nya sedikit menggeser ingatan kita dengan Pattern karakteristik Misery Index yang kemudian masih menyambung Melodic Riffing in The vein Metalcore style dan Nge-Sludgy/Doom sentuhan variatif ditambah dengan solo-solo ciamik, ga heran memang Jika Komposisi yang Genocide tawarkan masih memberi warna Fresh lagi meski kita masih posisi terbingung terus tentang Definisi Baku-nya, Peduli setan, yang penting Genocide masih menyuguhkan aransemen Enjoyable banget. track paling singkat diantara yang lain" 6 Second to Hate ", Genocide cukup menyediakan durasi 57 detik untuk menyelesaikannya. have been making Dramatic Improvements to their material, at least in my Estimation, like I said, there's a Pretty Stubborn core Audience to this Niche which seems Adverse to any sort of variation or logical Progression. tiba pada Ending dan Klimaks, " Imaginary Friend ", luapan emosional Vocalis Widi diantara Narasi & Spoken unik yang bisa kalian baca di Booklet Cover. dan Sajian Piano dari Memorita ini mengakhiri Narasi & Spoken yang penuh penjiwaan epik dari keseluruhan tema yang Genocide usung di " Resurrection ".
And finally Overall, " Resurrection " memang dipersiapkan secara Matang dengan penuh perhitungan sekali, mulai dari produksi, penulisan lagu hingga Pengemasannya oleh Waar Productions selalu maksimal, seperti membiarkan sendiri bercerita banyak salah satunya di Booklet Cover keren yang menampilkan artwork dari Jenglot Hitam art, mengerjakan hampir setiap detil title track dengan menyertakan lirik yang ditulis dengan tangan cukup mendeskripsikan setiap tema track per track. Jogjakarta memang memiliki segudang Potensi dalam hal seni, satu persatu Genocide Rangkum penuh disini secara Konkrit rasanya. secara keseluruhan konsep musikal materi Genocide disini adalah sebuah bentuk gebrakan Berani melepas stereotype yang terjadi. Genocide siap memberikan Stigma kompleks menantang bagaimana Musik itu diciptakan dalam Keragamannya, sehingga kita tidak harus terlalu kaku dengan Idealisme sendiri dalam mengeksplor. ada banyak kejutan labirin kecil yang memang untuk " Resurrection " akan kalian temukan jawaban tegas-nya ketika Me-replay berulang-ulang, karena ini mungkin skema " Menantang " seperti yang Gw bicarakan sebelumnya. Other than that, the all song is nicely Executed, maintaining Brutal Intensity as well as an Epic, Melodic feel and the stronger tracks on the album. Nice complete production, and Kickin face Songwriting, but I don't see how any of those Elements are Particularly Worthy of note when there's a Much other Indonesian Band doing Exactly the same thing. YOU MUST HAVE IT NOW !!!
CHECK VIDEO OFFICIAL LYRIC GENOCIDE